Vaping dapat memberikan dampak negatif pada sistem kardiovaskular.
Nikotin meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, yang bisa berujung pada masalah jantung. Selain itu, ada bukti yang menunjukkan bahwa vaping dapat memicu respons inflamasi dalam tubuh yang berisiko terhadap kesehatan jantung.
Dampak terhadap sistem respirasi atau pernapasan juga signifikan.
Meskipun vaping mungkin tidak menghasilkan tar seperti rokok konvensional, uapnya dapat menyebabkan iritasi dan peradangan di saluran pernapasan, serta mempengaruhi fungsi paru.
Vaping juga berkaitan dengan masalah kesehatan mental.
Nikotin adalah zat adiktif yang bisa menimbulkan ketergantungan, serta berpengaruh pada suasana hati dan konsentrasi. Pengguna yang ketergantungan nikotin mungkin mengalami gejala penarikan saat tidak vaping, termasuk kecemasan, iritabilitas, dan kesulitan konsentrasi.
BACA JUGA:Jarang Diketahui, 7 Manfaat Konsumsi Buah Kelengkeng Bagi Kesehatan Tubuh
Salah satu risiko terbesar dari vaping adalah inkonsistensi dalam kualitas dan regulasi produk. Beberapa produk vape yang beredar di pasaran mungkin tidak memenuhi standar kesehatan yang ketat, meningkatkan risiko penggunaan bahan yang berbahaya.
Sementara vaping mungkin menawarkan alternatif bagi perokok berat untuk mengurangi penggunaan tembakau, penting untuk memahami bahwa ini bukan tanpa risiko. Untuk non-perokok, terutama remaja, memulai vaping bisa menjadi jalan menuju berbagai masalah kesehatan.
Tak hanya berbahaya bagi penggunanya, Vape juga berbahaya bagi yang menghirup asapnya. Terutama untuk anak-anak. Diutip dari Disway.id Berdasarkan sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Jeannie Rodriguez dari Emory University, zat kimia yang terdapat dalam asap vape dapat memicu peradangan di dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan seluler.
Kondisi ini dapat berujung pada diabetes, penyakit jantung, dan kanker.
BACA JUGA:Edukasi Masyarakat Kenali TBC dan Bahayanya, RS Siloam Silampari Gelar Seminar Kesehatan
Jeannie Rodriguez mengungkapkan, "Banyak perokok beralih ke vape dengan harapan bahwa itu lebih aman bagi orang-orang di sekitarnya.
Akan tetapi sebenarnya terdapat zat-zat kimia dalam cairan vape juga bisa membahayakan orang-orang di sekeliling mereka yang terpapar oleh asap vape. Resiko paparan asap vape secara pasif lebih signifikan pada anak-anak di bawah usia 12 tahun.
Melalui studi tersebut, Rodriguez dan timnya menganalisis sampel darah, liur, dan napas dari anak-anak yang orang tuanya menggunakan vape.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua yang merokok vape setiap hari memiliki kadar metabolit yang lebih tinggi. Metabolit ini terbentuk setelah tubuh terpapar zat kimia dari vape.