KORANLINGGAUPOS.ID - DI ZAMAN teknologi saat ini berbagai inovasi hadir untuk menggantikan apa yang sudah ada sejak lama.
Salah satunya adalah kebiasaan merokok, yang kini sudah berinovasi dengan tren yang disebut "nge-vape".
Tahu kah kalian, jika vape justru jauh lebih berbahaya untuk kesehatan, terutama untuk kesehatan anak-anak jika terhirup asap vape.
Dikutip dari laman resmi milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Vaping adalah alat elektronik yang menghasilkan uap yang dihirup oleh penggunanya. Vaping dianggap sebagai alternatif yang lebih "bersih" daripada rokok konvensional.
BACA JUGA:5 Tips Efektif Membawa Anak Saat Sholat Ied Dijamin Anti Ribet Dan Gak Rewel
Rokok elektrik atau Vape ini bekerja dengan memanaskan cairan yang biasanya mengandung nikotin, pelarut, dan perasa, menghasilkan uap yang kemudian dihirup penggunanya.
Secara umum, vaping dipandang sebagai pilihan yang lebih sehat daripada merokok tradisional. Ini disebabkan oleh pengurangan jumlah zat berbahaya yang biasa ditemukan dalam asap rokok konvensional.
Namun, persepsi ini seringkali menyesatkan. Faktanya, vaping juga menyimpan potensi bahaya yang tidak boleh diremehkan.
Vape mengandung berbagai bahan kimia yang berpotensi membahayakan. Salah satu contoh adalah diacetyl, yang sering digunakan untuk memberikan rasa mentega pada uap. Diacetyl terkait erat dengan penyakit paru-paru yang serius, seperti bronkiolitis obliterans, yang dikenal juga sebagai "popcorn lung".
BACA JUGA:Orang Tua Bisa Coba, 6 Tips Mencegah Anak Agar Tidak Kecanduan Bermain Handphone
Selain itu, ketika cairan vape dipanaskan, proses ini dapat menghasilkan aldehida seperti formaldehida yang bersifat karsinogenik atau dapat memicu penyakit kanker.
Walaupun tingkat karsinogen ini lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional, risiko kesehatan tetap ada, terutama dengan penggunaan jangka panjang.
Kecenderungan remaja untuk mencoba vaping menjadi perhatian khusus.
Nikotin yang ada dalam sebagian besar cairan vape dapat menyebabkan ketergantungan dan memiliki dampak negatif pada perkembangan otak remaja. Selain itu, studi menunjukkan bahwa remaja yang mulai dengan vaping memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk beralih ke rokok konvensional, menempatkan mereka pada risiko kesehatan tambahan.
BACA JUGA:Orang Tua Wajib Tahu, 8 Tips Menetapkan Aturan Penggunaan Ponsel bagi Anak Remaja