Menakar Pasangan Ideal Pilkada Lubuklinggau

Dosen Universitas Jambi, Hansein Arif Wijaya.-Foto: Dokumen Pribadi-Hansein Arif Wijaya

Ketiga terkait pasangan Ideal menurutnya yang pertama, melihat trend pemilihan Presiden dan wakil presiden lalu terlihat adanya kolaborasi wajah lama dan wajah baru, Gibran yang di wakilkan dengan wajah baru Kontestan dan Prabowo wajah lama. Dengan Pemilih tradisional dan Modern, dengan fenomena Pemilih Tradisional belum melek dengan media social. Dengan mengenyampingkan siapa yang menjadi walikota dan wakilnya, layanya Lubuklinggau perlu memiliki pemimpin wajah baru dan wajah lama. 

"Kolaborasi ini menjadi pilihan yang sulit di tolak oleh masyarakat, karena pada dasarnya, wajah lama mendominasi Demografi pemilih atau ketokohan kesukuan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih tradisional. Suko Sebagai Tokoh Musi. Sedangkan Rustam adalah entitas beberapa suku seperti Musi, Musi Rawas Utara, Litang 4 Lawang, Lembak, Rejang, Padang, Kikim Lahat, Komring, Jawa, dan tionghoa/pasar," jelasnya. 

BACA JUGA:Serius Maju di Pilkada Lubuklinggau, Yoppy Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PKB

Kedua kolaborasi usia. Kolaborasi antara pemimpin muda dan pemimpin yang cukup matang dalam memimpin merupakan sebuah paradigma yang menarik dan bermanfaat dalam konteks kepemimpinan.

Kombinasi ini memadukan kekuatan dan kebijaksanaan dari kedua generasi, yang dapat menjadi katalisator untuk perubahan yang positif dan berkelanjutan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. 

Menurutnya ada beberapa alasan akademis yang mendukung pentingnya kolaborasi usia pemimpin. 

Pertama Perspektif yang Beragam. Pemimpin muda dan pemimpin yang matang memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda. Pemimpin muda mungkin lebih akrab dengan teknologi, tren, dan aspirasi generasi muda seperti Gen Z, sementara pemimpin yang matang dapat membawa pengalaman yang luas dan kebijaksanaan dari tahun-tahun yang telah mereka habiskan dalam kepemimpinan. Kolaborasi ini memungkinkan terwujudnya perspektif yang lebih beragam dalam pengambilan keputusan, yang memungkinkan solusi-solusi yang lebih holistik dan inklusif.

BACA JUGA:Pilkada Lubuklinggau: Pengalaman 20 Tahun Jadi Wakil Rakyat, Hasbi Assadiki Ingin Mengabdikan Jadi Walikota

 Mengatasi Perbedaan Generasi. Dengan adanya kolaborasi usia pemimpin, perbedaan generasi yang mungkin muncul dalam masyarakat dapat diatasi dengan lebih baik.

Pemimpin muda dapat menjadi penghubung yang efektif antara generasi muda dan generasi yang lebih tua, sementara pemimpin yang matang dapat membawa kebijaksanaan dalam memahami dan menanggapi kebutuhan serta kekhawatiran dari berbagai lapisan masyarakat.

Inovasi dan Kepemimpinan Berkelanjutan. Pemimpin muda seringkali diidentifikasi dengan inovasi dan kreativitas, sementara pemimpin yang matang cenderung memiliki kebijaksanaan dalam menjalankan keputusan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Kolaborasi ini memungkinkan adanya sintesis antara inovasi dan stabilitas, yang penting untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

BACA JUGA:Pilkada Lubuklinggau 2024, PKS Dilirik 2 Kandidat Potensial

Representasi yang Merata. Dengan adanya kolaborasi usia pemimpin, representasi dari berbagai kelompok usia dalam kepemimpinan dapat diperkuat. Ini penting untuk memastikan bahwa kepentingan semua generasi dalam masyarakat diperhitungkan dan diwakili dengan baik dalam proses pengambilan keputusan.

Ketiga, ada unsur kebaruan dalam memimpin Lubuklinggau, artinya pemimpin baru yang mencerminkan unsur kebaruan tidak hanya membawa energi baru, tetapi juga membuka ruang untuk eksplorasi solusi-solusi baru terhadap masalah-masalah yang kompleks di Lubuklinggau.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan