Disdikbud Lubuklinggau dan Museum Subkoss Garuda Sriwijaya Bakal Masukkan Aksara Ulu dalam Kurikulum Mulok

Pemandu Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya, Berlian Susetyo.-Foto : Hikmah-Linggau Pos

KORANLINGGAUPOS.ID - Aksara Ulu (huruf Ulu) merupakan tradisi penulisan yang pernah ada di wilayah Sumatera Selatan. Berikut upaya pelestariannya.

Disebut 'Ulu' karena aksara ulu digunakan oleh masyarakat di pedalaman Sumatera Selatan yang sering disebut Uluan yang dikaitkan dengan kawasan pemukiman di hulu Sungai Musi dan anak-anak sungainya (Kelingi, Beliti, Lakitan, Rawas, Rupit, Batanghari Leko, Lematang, Ogan, dan Komering).

Aksara Ulu juga dapat ditemukan pada teks-teks sejarah penting masyarakat Sumatera Selatan.

Seperti strategi perang, penulisan mantra, dan pengobatan, yang peninggalannya dapat dilihat di Museum Balaputera Dewa di Palembang.

BACA JUGA:Harapan Pengamat dan Peneliti Aksara Ulu di Lubuklinggau. Dorong Bisa Masuk Kurikulum Muatan Lokal

Aksara ulu biasanya ditulis dalam bentuk naskah, dan merupakan bukti tradisi penulisan masyarakat Sumatera Selatan pada masa lampau ini banyak ditemukan di berbagai media tulisan kuno, antara lain pada bambu, kayu, kulit binatang, bahkan tanduk binatang.

Seperti yang kita ketahui, aksara disebut juga dengan huruf atau tulisan.

Dimana, aksara adalah sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan kurang lebih mewakili ucapan.

Saat KORANLINGGAUPOS.ID berkunjung ke Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya Kota Lubuklinggau, Berlian Susetyo selaku pemandu museum mengungkapkan, aksara ulu merupakan turunan dari aksara Pallawa yang berasal dari India. 

BACA JUGA:Buka PROLOG 2024, Trisko Defriyansa: Aksara Ulu Perlu Dipelajari, Dibumikan dan Dilestarikan

Aksara Pallawa digunakan di Sumatera Selatan pada masa Kerajaan Sriwijaya.

Hal ini terlihat dari temuan prasasti Kerajaan Sriwijaya seperti Kedukan Bukit, Talang Tuo, dan lain-lain. Maka sejak itu tradisi tulis terus berkembang di wilayah Sumatera Selatan, kemudian lahirlah Aksara Ulu yang mengalami proses adaptasi terhadap unsur budaya lokal.

Lanjutnya menjelaskan, Aksara Ulu perlahan muncul sejak abad ke-12 Masehi, dan mengalami perkembangan pesat sejak abad ke-15 M hingga abad ke-19 Masehi.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penemuan naskah atau prasasti aksara Ulu yang menjadi bukti otentik bahwa tradisi penulisan ini pernah digunakan pada masa lalu.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan