Disdikbud Lubuklinggau dan Museum Subkoss Garuda Sriwijaya Bakal Masukkan Aksara Ulu dalam Kurikulum Mulok
Pemandu Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya, Berlian Susetyo.-Foto : Hikmah-Linggau Pos
BACA JUGA:Seni Bela Diri Kuntau, Minta Jadikan Ekstrakulikuler di Sekolah
Aksara ulu dikenal dengan aksara rencong atau 'Ka-Ga-Nga'. Perkembangan karakter dalam penulisan naskah Ulu erat kaitannya dengan perkembangan budaya sekitar.
Tidak hanya terdapat di Sumatera Selatan, aksara ulu juga terdapat di daerah lain seperti aksara Incung di Jambi, aksara Rejang di Bengkulu, aksara Batak di Sumatera Utara dan Aksara Lampung di Lampung.
Walaupun mempunyai persamaan, namun setiap aksara mempunyai variasi penulisan dan ciri khusus yang berbeda-beda menurut asal daerahnya.
"Biasanya tulisan tradisional yang berkembang di daerah pedalaman kebanyakan menggunakan aksara Ulu dan umumnya menggunakan bahasa daerah setempat. Misalnya naskah dari Pasemah menggunakan bahasa Pasemah, naskah dari Komering menggunakan bahasa Komering, dan naskah dari Ogan menggunakan bahasa Ogan," jelasnya.
BACA JUGA:Unik, SDN 81 Lubuklinggau Punya Ekstrakurikuler Rebana
Sehingga aksara ulu dikenal dengan nama yang berbeda-beda di setiap daerah, misalnya aksara Komering, aksara Ogan, aksara Rejang, aksara Pasemah, dan lain sebagainya.
Di Sumatera Selatan, sebaran aksara ulu relatif merata di seluruh wilayah Uluan.
Antara lain di wilayah Lahat, Pagar Alam, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin, PALI, Lubuklinggau, Muara Enim, Prabumulih, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, dan Ogan Komering Ulu Selatan.
"Adanya aksara ini menunjukkan bahwa peradaban di daerah pedalaman atau hulu Sumatera Selatan telah mempunyai tradisi intelektualisme yang cukup tinggi," jelasnya.
BACA JUGA:SMAN 6 Lubuklinggau Punya Ekstrakurikuler Robotik
Berlian menyampaikan, saat ini pihaknya dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lubuklinggau sudah ada rencana untuk membuat kurikulum muatan lokal seperti aksara ulu menjadi kurikulum untuk diterapkan di sekolah yaitu SD dan SMP.
"Kita sudah mulai menyususn bahan agar nanti dimasukkan dalam kurikulum sekolah untuk anak-anak belajar. Karena isi dari naskah aksara ulu ini terkait dengan potensi lokal juga," ujarnya.
Jadi, untuk melestarikan aksara ulu siapa pun yang ingin belajar aksara ulu terutama anak sekolah maka akan diberikan pemahaman mengenai aksara ulu ini.
Mengingat aksara ulu sudah jarang dipakai karena tergantikan dengan tulisan sekarang sesuai dengan perkembangan zamannya.