Sering Membentak Anak Dampaknya Bahaya Banget, Begini Solusinya Menurut Dr Aisah Dahlan
Dr Aisah Dahlan, CMHt,CM.NLP saat diundang Artis Nikita Willy dalam Podcast Moms Corner di YouTube Nikita Willy Official-tangkap layar-YouTube Nikita Willy Official
Apalagi yang ekstrem, kata dr Aisah, otak manusia sangat mudah mengingat sesatu yang ‘sangat’.
BACA JUGA:Cara Menstimulasi Motorik Anak Usia Dini
“Seperti peristiwa yang membuat anak sangat senang, sangat sedih, bahkan sangat kesel. Peristiwa yang biasa-biasa saja juga tersambung ke sel saraf otak tapi sekilas saja. Tak sampai diingat,” jelansya.
“Lalu bagaimana ketika kita sebagai orang tua khilaf membentak anak?” tanya Nikita Willy.
Menurut dr Aisah, jika bentakan itu masuk kategori ‘sangat’ bikin anak sangat kesel, maka lem negative akan mengalir terus sampai kita (orang tua,red) meminta maaf dan anak memaafkan.
BACA JUGA:Kiat Mendidik Anak Usia 0-14 Tahun
Maaf saja tak cukup, tanpa menjelaskan.
“Makanya kadang ada orang bilang, saya bisa memaafkan, tapi susah melupakan. Ini karena lem negatifnya sudah mengalir. Kadang yang minta maaf juga tanpa menjelaskan alas an sebenarnya dia marah,” jelas dr Aisah.
Maka, agar anak bisa mengambil pembelajaran dari peristiwa orang tua marah, maka orang tua perlu menjelaskan alasan kenapa dia marah.
BACA JUGA:Begini Lho, Mengajari Anak Makan dengan Benar
Misalnya: Anak lari terburu-buru nabrak meja. Orang tuanya sudah sempat mengingatkan dengan keras.
Anak akan langsung inget banget, terekam di otaknya.
“Ada 3 momen yang terekam itu. Pertama dia lari-lari. Kedua dia terbentur. Ketiga dia dimarahi ibunya. Ketika marahan ibunya lebih kenceng dari lari-lari dan benturan yang dialami anak, maka anak akan sangat mengingat teriakan sang ibu. Maka, sang ibu harus segera minta maaf.
BACA JUGA:Ingin Refreshing, RA Al Ma’wa Lubuklinggau Ajak Anak Didik Renang
Dan jelaskan. Misal begini : ‘Bunda tadi marah sama Kakak, karena Bunda takut Kakak kebentur, sakit, Bunda bingung juga kalau Kakak kenapa-kenapa.