Kurangi Angka Kematian Akibat Serangan Jantung dengan Program FASTEMI

Program FASTEMI bertujuan mempersiapkan dan memberikan pertolongan bagi pasien yang mengalami serangan jantung tipe STEMI.-Foto : tangkapan layar-DTH.

Penanganan cath lab untuk dilakukan kateterisasi jantung yang bertujuan membuka sumbatan pembuluh darah jantung.

Cara ini hanya dapat dilakukan di ibu kota provinsi atau kota besar di rumah sakit rujukan provinsi atau rumah sakit swasta.

BACA JUGA:Sudah Imunisasi Polio Lalu Kembali Diimunisasi Saat PIN Polio Apakah Aman, Ini Penjelasan dr Ricky

BACA JUGA:Waspada Kanker pada Anak, Ini Gejalanya

“Adanya inisiatif program FASTEMI ditujukan sebagai upaya pertolongan pertama pasien yang mengalami serangan jantung tipe STEMI di daerah terpencil, daerah-daerah yang jauh dari kota besar. Kalau di kota besar ada cath lab untuk penanganan serangan jantung,” jelas dr. Isman.

“Bagi daerah yang tidak punya cath lab dan dokter jantung, pasien dengan serangan jantung tersebut bisa ditolong dengan tata laksana FASTEMI, yakni menggunakan obat-obatan penghancur bekuan darah. Program ini termasuk terobosan untuk pasien serangan jantung STEMI.” lanjutnya.

Artinya, penatalaksanaan pertolongan pertama serangan jantung tipe STEMI tidak dengan cath lab atau kateterisasi maupun pemasangan ring, melainkan dengan pemberian obat-obatan penghancur bekuan darah yang disebut fibrinolitik atau trombolitik.

“Obat-obatan fibrinolitik akan disiapkan di puskesmas atau rumah sakit yang tidak ada fasilitas cath lab sehingga apabila ada pasien serangan jantung STEMI bisa langsung disuntik. Obat ini hanya disuntik, salah satu jenis yang dipilih, yaitu tenecteplase yang sekali suntik saja,” sambung dr. Isman.

BACA JUGA:Perempuan Lansia Beresiko Kena Kanker Tiroid, Ini Penyebabnya

BACA JUGA:Biasakan Konsumsi Sayur dan Buah Setiap Hari, Ini Manfaatnya

“Rencananya, obat ini akan disalurkan ke puskesmas-puskesmas seluruh Indonesia. Kendati demikian, mengingat ini adalah pilot project pertama, maka hanya puskesmas-puskesmas terpilih dari masing-masing kabupaten/kota dulu yang dipilih untuk uji coba. Tidak langsung semuanya uji coba karena menunggu kesiapan obat-obatan.”

Program FASTEMI sendiri dimulai sejak November 2023, mengalami percepatan pada Maret-April 2024.

Perluasan pilot project FASTEMI direncanakan menyasar 34 provinsi di Indonesia—dengan melibatkan 34 rumah sakit pengampu yang akan membimbing puskesmas-puskesmas di wilayahnya.

dr. Isman Firdaus mengatakan, upaya pilot project FASTEMI yang melibatkan puskesmas dan 34 rumah sakit pengampu dilakukan secara bertahap.

BACA JUGA:Waspada! 5 Makanan Ini Ternyata Bisa Memperburuk Kondisi Ambeien atau Wasir

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan