Kondisi Ruh Manusia yang Lalaikan Shalat 5 Waktu, Begini Penjelasan Ulama Lubuk Linggau Ustadz Fahmi
KH Moch Atiq Fahmi, Lc, M.Ag, Gr -Foto: Dokumen-Linggau Pos
Kata Ustadz Fahmi, ciri wong baik itu taat pada perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya.
“Nabi ketika Isra’ Mi’raj melihat wong baik hukumannya apa dan wong jahat hukumannya apa. Nabi dari Baitul Maqdis habis shalat dengan para nabi ketika naik pertama kali, nabi bertemu dengan pintu langit pertama ada Nabi Ismail, ada malaikat. Di sana, Nabi melihat wajah Nabi Adam berubah-ubah. Kadang senyum, kadang buang muka dan sebagainya. Lalu Nabi Muhammad tanya pada Malaikat Jibril,” jelasnya.
BACA JUGA:Mewujudkan Generasi yang Taat Beribadah, SMAN Bangun Jaya Peringati Isra Mi'raj
BACA JUGA: Isra Mi’raj Momen Terbaik Bagi Orang Tua Edukasi Anak tentang Kewajiban Shalat
Kata Malaikat Jibril, Nabi Adam senyum ketika bertemu ruh anak adam yang kerap berbuat baik.
Lalu, Nabi Adam buang muka saat melihat ruh anak adam yang kerap berbuat maksiat.
“Karena nanti waktu mati ruh kita dihadapkan pada Nabi Adam AS. Dan akan kelihatan bagaimana mimik wajah Nabi Adam saat pertama kali menengok ruh kita. Kalau dia senyum – masyaAllah.Tapi kalau dia keliatan Jijik – Innalillahi wa inna illaihi rajiuun. Maka kita harus jadi orang baik. Karena sebelum berhadapan dengan Allah kita akan bertemu Nabi Adam dan Nabi Adam memberi penilaian kita baik atau buruk,” tegasnya.
Setelah itu, Nabi Muhammad masih dalam Isra’ Mi’raj juga melihat ada ruh yang kepalanya dibenturkan oleh malaikat, dipecahkan lagi pulih lagi dan begitu seterusnya.
BACA JUGA:Inilah 6 Tradisi Unik Isra Mirja di Indonesia Yang Istimewa
BACA JUGA:SD Al-Ilmu Lubuklinggau Adakan Gebyar Islami Isra Miraj dan Gelar Karya P5
Lalu Nabi tanya pada Jibril.
Jibril menjawab : mereka adalah orang yang saat di dunia kepalanya berat untuk melaksanakan shalat 5 waktu
“Memang shalat 5 waktu ini jumlahnya dikit. Tapi hanya orang-orang pilihan yang ringan menunaikannya. Sebagaimana Allah SWT berfirman ‘Dan sesungguhnya shalat adalah sesuatu yang bernilai besar, kecuali bagi orang yang hatinya lembut (tunduk pada Allah SWT),” tuturnya.