Kiat Mendidik Anak Sejak Balita Hingga Remaja ala Dian Purnama
Dian Purnama bersama ketiga buah hatinya A’a Abien, Abang Athar dan Adek Azzam.-Foto : -Dokumen Pribadi
BACA JUGA:5 Keunggulan Kuliah S2 di IAI Al-Azhaar Lubuklinggau
“Meski mungkin Bunda sendiri kurang sreg tapi kita harus ingat anak itu bukan boneka Marionette yang bisa kita kendalikan semau kita. Contoh, si sulung kami lebih condong ke hal berbau seni dan non fisik. Kita dukung dengan mengabulkan keinginannya kursus vokal. Begitu juga dengan si tengah yang fokus di badminton dan si bungsu yang hobi bola. Semua anak diturutin untuk bisa mngembangkan potensi yang dia suka dan dia mau,” jelas Dian lagi.
Lantas bagaimana pola pendidikan bagi anak-anak ketika mulai baligh?
“Kalau mulai baligh konsep benar salah makin dijelaskan secara gamblang tapi kita tetap terus menjadi orang tua yang bisa jadi pndengar bagi anak, bukan diktator. Karena anak yang mulai akil baligh cenderung sensitif dan kritis,” ulasnya.
Menghadapo gejolak anak remaja, Dian Purnama pun mengakui putranya kerap curhat tentang perasaan mereka.
BACA JUGA:3 Penyebab Seseorang Berperilaku Seks Menyimpang
“Sebagai ibu Bunda ajak anak-ana ngobrol dari hati ke hati tanpa menghakimi jadi mereka bisa terbuka cerita kalau sukanya sama siapa. Beri kesempatan mereka berteman tapi selalu diingatkan apa yang boleh dan tidak boleh. Bahkan Bunda selalu komunikaasi sama si anak perempuan yang anak-anak suka. Karena Bunda dak mau anak-anak sembunyi-sembunyi di belakang,” tuturnya.
Marak anak-anak pacaran, Bunda khawatir ngga? Gimana Bunda mnecegah anak-anak agar ngga pacaran?
Dian Purnama mengungkapkan, kita tidak bisa mencegah tapi kita mngawasi dengan cara membangun komunikasi yang baik dan keterbukaan dengan anak-anak.
Lalu bagaimana dengan memilih sekolah atau kampus?
BACA JUGA:6 Kiat Liburan Menyenangkan di Rumah
“Kalau sekolah, dari TK, SD, dan SMP anak-anak diajak mengenali calon sekolahnya dan membangun ketertarikan mereka. Namun untuk SMA dari kecil memang mereka sudah dikasih tahu satu SMA berkualitas di Palembang dan saya mencoba membiarkan mereka mencari tahu informasi tentang SMA tersebut. Tapi kalau untuk kuliah, saya beri mereka kebebasan memilih jurusan dan universitas yang mereka ingin dengan syarat konsekwen dan konsisten terhadap pilihan mereka karena orang tua tidak pernah memaksa mereka untuk masuk di jurusan yang mereka tidak mampu,” jelasnya.
Lalu, dengan pergaulan yang luar biasa bebas, bagaimana mengawasi anak yang berada di perantauan alias jauh dari orang tua.
“Kalau menjaga anak di perantauan yang Bunda lakukan, saat memilih tempat tinggal untuk mereka di perantauan pilih kost yang ibu/bapak kost berada dalam satu bangunan dengan anak-anak. Saya juga membanugun komunikasi dengan bapak/ibu kostnya. Dan rutin 2-3 hari sekali video call. Saya juga minta contact orang tua teman anak-anak di kost. Karena kadang anak ponselnya tidak bisa dihubungi, eh ternyata sakit. Komunikasi intens ini yang harus dibangun,” jelasnya.(*)