Nasi Tutug Oncom, Warisan Kuliner Ikonik dari Tasikmalaya
Nasi Tutug Oncom--
KORANLINGGAUPOS.ID - Di balik panorama alam yang memukau dan kerajinan tangan khas seperti payung dan sandal geulis, Tasikmalaya menyimpan satu lagi kebanggaan budaya yang tak lekang oleh waktu, yakni nasi tutug oncom.
Kuliner tradisional ini lahir dari kreativitas masyarakat Tasikmalaya pada era 1940-an, tepatnya di masa Orde Baru, saat kondisi ekonomi memaksa warga untuk berinovasi dalam memenuhi kebutuhan pangan.
Oncom hasil fermentasi ampas tahu atau bungkil kacang tanah diolah dengan cara ditumbuk, dijemur, dibumbui bawang, kencur, dan garam, lalu disangrai.
Campuran tersebut kemudian dicampur dengan nasi hangat, menciptakan hidangan sederhana yang bergizi dan mengenyangkan.
BACA JUGA:WE Hotel Lubuk Linggau, Hadirkan Pak Novrian dan Kuliner Ayam Serundeng Tradisional
BACA JUGA:Food Court Permanen Kuliner Lubuk Linggau Dukung Ekonomi Kreatif, Ini yang Bakal Dibangun
Tasikmalaya, yang dijuluki “Mutiara Priangan Timur”, memiliki 3.647 bukit yang menyerupai lanskap Delhi, India.
Di tengah udara sejuk dan latar Gunung Galunggung, nasi tutug oncom menjadi simbol cita rasa lokal yang menyatu dengan keindahan alam dan sejarah daerah.
Oncom dikenal sebagai sumber protein dan karbohidrat yang terjangkau.
Namun, karena sifatnya yang mudah rusak, bahan ini hanya bertahan 1–2 hari di suhu ruang, sehingga pengolahannya memerlukan ketelitian.
BACA JUGA:Kuliner Lubuk Linggau: Es Krim Dee Cha Rp 3.000 Tersedia Ragam Topping Menarik
BACA JUGA:Pencinta Kuliner Merapat, Hotel Dewinda Lubuk Linggau Hadirkan Dimsum All Variants
Hidangan nasi tutug oncom biasanya disajikan bersama sambal goang campuran cabai rawit hijau dan garam serta lauk pendamping seperti ayam goreng, ikan asin, telur dadar, lalapan, dan taburan bawang goreng.
Kombinasi ini menghasilkan cita rasa yang sederhana namun menggugah selera.