Menegur Anak dengan Cara Bijak: Psikolog Aretha E. Ulitua, M.Psi Tekankan Pentingnya Validasi Emosi
Psikolog Aretha E. Ulitua, M.Psi -Foto: Dok. TikTok Tumbuh Kembang Be Genius -
LUBUK LINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua sering dihadapkan pada situasi ketika anak kehilangan barang favoritnya atau melakukan kesalahan kecil.
Banyak orang tua secara refleks langsung menegur atau bahkan memarahi anak. Namun, menurut psikolog Aretha E. Ulitua, M.Psi, pendekatan seperti itu justru dapat membuat anak merasa tidak dipahami dan menutup diri
Aretha menekankan bahwa menegur anak bukan sekadar memberi peringatan, melainkan juga proses mendidik yang harus dilakukan dengan penuh empati.
“Ketika anak kehilangan barang kesayangannya, jangan langsung dimarahi. Anak belum mampu menerima kehilangan dengan cara yang matang. Yang pertama harus dilakukan adalah memvalidasi emosi mereka,” jelasnya.
BACA JUGA:Demi Tumbuh Kembang Sehat, Psikolog Irwan Tony : Batasi Penggunaan Gadget Pada Anak
BACA JUGA:Maraknya Kasus Perundungan, Psikolog Ingatkan Bahaya dan Pentingnya Peran Sekolah serta Orang Tua
Validasi emosi berarti mengakui dan menerima perasaan anak tanpa menghakimi. Misalnya, ketika anak menangis karena botol minum favoritnya hilang, orang tua bisa mengatakan: “Mama tahu kamu sedih karena botolmu hilang. Itu memang barang kesayanganmu.” Dengan cara ini, anak merasa dipahami dan lebih tenang
Aretha menambahkan, anak-anak belum memiliki kemampuan regulasi emosi yang matang. Oleh karena itu, orang tua perlu menjadi pendamping yang menenangkan, bukan sumber tekanan. Setelah anak lebih tenang, barulah orang tua bisa mengajak mereka berbicara.
Setelah emosi anak mereda, orang tua dapat mengajak anak berdiskusi untuk mencari solusi. Diskusi ini bukan sekadar mencari jalan keluar praktis, tetapi juga melatih anak untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab. Misalnya, orang tua bisa bertanya: “Menurut kamu, apa yang bisa kita lakukan supaya barangmu tidak hilang lagi?”
Dengan cara ini, anak belajar bahwa setiap masalah bisa dipecahkan, dan mereka memiliki peran aktif dalam menemukan solusinya.
BACA JUGA:Psikolog Irwan Tony Beberkan Kiat Edukatif Menghukum Pelaku Bullying Agar Mudah Jera
BACA JUGA:Psikolog Irwan Tony: Anak Terbiasa Makan Sambil Menatap Gadget Bahaya
Aretha menekankan bahwa teguran tetap perlu diberikan, tetapi harus dilakukan dengan cara yang mendidik. Teguran sebaiknya berbentuk arahan yang jelas dan sederhana, bukan kemarahan. Misalnya: “Kalau tidak mau hilang, simpan botolnya di tas ya.”
Teguran seperti ini tidak hanya memberi solusi praktis, tetapi juga mengajarkan anak tentang konsekuensi dan tanggung jawab. Anak tidak merasa disalahkan, melainkan diarahkan untuk memperbaiki perilakunya.