3 Penyebab Pasangan Lambat Dapat Keturunan
Infertilitas terjadi karena adanya gangguan pada sistem reproduksi yang dapat dialami pria maupun wanita.-Foto : Dokumen-Islami.co
BACA JUGA:7 Efek Samping Dari Mengkonsumsi Buah Pisang Secara Berlebihan
Dikutip KORANLINGGAUPOS.ID dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) penyebab infertilitas pada pria biasanya karena gangguan kesuburan yang dapat dibagi menjadi 3 faktor.
Pertama, Faktor Pretestikular umumnya berkaitan dengan gangguan hormonal yang dapat mempengaruhi pembentukan sperma.
Kedua, Faktor Testikular merupakan gangguan yang terjadi pada testis sehingga mengganggu pembentukan sperma.
Ketiga, Faktor Post testikular terjadi di luar testis setelah spermatozoa keluar dari tubukus seminiferus.
BACA JUGA:Inilah 10 Efek Samping Mengomsumsi Flimty yang Harus Kalian Ketahui
Selain itu, ada 5 penyebab infertilitas pada wanita. Yakni, Gangguan Hormonal, Endometriosis, Polycystic Ovary Sindrom, Penyumbatan atau kerusakan pada tuba Falopii (tuba non paten), dan Alergi sperma/ASA tinggi.
Perempuan memiliki peran sebesar 40-50% pada kasus infertilitas sedangkan laki-laki sebesar 30% dan penyebab lainnya sekitar 20-30% dari pasangan tersebut.
Jadi persepsi yang menganggap bahwa infertilitas atau kemandulan hanya dialami oleh wanita saja itu merupakan kesalahan besar.
Perempuan menjadi pihak yang banyak dirugikan dalam hal infertilitas, stigma masyarakat memandang jika pasangan belum memiliki keturunan maka perempuan lah yang akan dianggap bersalah.
BACA JUGA:7 Manfaat Air Rebusan Daun Sirih Merah Untuk Kesehatan, Bisa Atasi Rematik
Budaya patriarki yang sangat kental dan mengakar pada beberapa budaya masyarakat di Indonesia masih menganggap tabu masalah infertilitas, dimana bias gender menjadi salah satu faktor yang menghambat pasangan mendapatkan layanan kesehatan infertilitas secara maksimal.
Hal ini juga berperan dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan layanan infertilitas, dimana setiap keputusan biasanya bergantung kepada suami.
Infertilitas memiliki dampak terhadap psikologis, terutama bagi wanita. Sumber tekanan sosiopsikologis pada wanita sangat terkait erat dengan kemungkinan mereka untuk hamil dan melahirkan.
Dengan demikian, sudah saatnya infertilitas tidak hanya dianggap sebagai masalah medis atau psikologis, tetapi juga masalah sosial.