SIT Mutiara Cendekia Sukses Adakan Seminar Parenting 'Strategi Mengatasi Kelelahan Pengasuhan Anak'
Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Dakwah Pelita Taqwa Opa Ir. H. A. Firdaus Azis, MM mendampingi Ketua Yayasan Pendidikan dan Dakwah Pelita Taqwa Oma Dra. Hj. Med.Vet.Retno Trapsilowati, MM menyerahkan cinderamata kepada Ustadz Kurniadi Ilham, M.SI dis-Foto: Sulis-Linggau Pos
Penampilan Tim Marching Band mengiringi Paduan Suara SIT Mutiara Cendekia pada Seminar Parenting SIT Mutiara Cendekia, Sabtu 2 Maret 2024.--
BACA JUGA:Gudep SMPN Napalicin Muratara Boyong Penghargaan
“Anak sering berantem. Saya juga kadang merasa kelelahan mendampingi, terutama dalam membimbing anak-anak untuk belajar, mengejar target hafalan dan sebagainya,” tutur Mama M Alam.
Setelah menyimak curhatan tiga sampel Mama-mama tadi, Abi Kurniadi Ilham diawal penyampaian materinya mengajak semua yang hadir menghayati pemutaran video puisi karya Kahlil Gibran berjudul ‘Anakmu Bukanlah Anakmu’.
Penampilan anak-anak SIT Mutiara Cendekia yang piawai dalam Marching Band.--
Dari puisi ini, Abi Kurniadi Ilham mengingatkan kita semua bahwa kita (orang tua,red) adalah busur. Cepat atau lambat, anak-anak kita yang merupakan anak panah akan melesat sesuai potensi mereka.
“Tugas kita sebagai busur, memberi arah yang tepat pada mereka dan memberi mereka tenaga yang cukup untuk menuju ke arah masa depan itu. Tenaga yang dimaksud itu apa? Tenaga artinya daya, dorongan, motivasi, materi, dan ilmu. Semua harus kita kerahkan agar bagaimana kita bisa membimbing anak-anak kita agar bisa sampai ke tujuannya dengan baik,” tuturnya.
Drama musical ditampilkan para siswa dan siswi SIT Mutiara Cendekia pada Seminar Parenting SIT Mutiara Cendekia, Sabtu 2 Maret 2024.--
BACA JUGA:53 Kampus Buka Beasiswa LPDP Tahap 2, Catat Jadwalnya
Dan ingat, tutur Abi Kurniadi Ilham, sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah, Dari Abi Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari Muslim)
“Jadi fitrah anak itu sebenarnya Islam. Dan oleh pengaruh orang tuanya lah, mereka bisa menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Maksudnya bukan berarti si anak pindah agama jadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Melainkan, tingkah lakunya, kebiasaanya, atau pola hidupnya seperti orang-orang Yahudi, Nasrani, atau Majusi.Salah satu contohnya, ada orang tua yang dengan bangga mengikutsertakan anak-anaknya Lomba Fashion Show dengan dandanan yang (maaf) terbuka sebagian auratnya, lenggak-lenggoh di depan bukan muhrimnya, jadi tontonan, sementara kita tahu itu bukanlah budaya Islam. Ini contoh kecilnya. Jadi bukan berarti pindah ke agama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Melainkan terkadang orang tua tidak menyadari bahwa dia telah memasukkan anak-anaknya pada kebiasaan-kebiasaan orang Yahudi, Nasrani, atau Majusi,” tuturnya.
Siswa siswi melantunkan hafalan Alquran pada Seminar Parenting SIT Mutiara Cendekia, Sabtu 2 Maret 2024.--
Jadi, sebagai orang tua, kita harus bisa jadi busur yang kokoh. Dari sisi materi, ilmu, maupun motivasi.
Lalu bagaimana jika dalam proses pengasuhan ada kendala yang terjadi?
Abi Kurniadi Ilham mencontohkan satu kasus, ada orang tua yang curhat padanya mengeluhkan anak perempuannya yang sudah berzina.