SIT Mutiara Cendekia Sukses Adakan Seminar Parenting 'Strategi Mengatasi Kelelahan Pengasuhan Anak'
Ketua Pembina Yayasan Pendidikan dan Dakwah Pelita Taqwa Opa Ir. H. A. Firdaus Azis, MM mendampingi Ketua Yayasan Pendidikan dan Dakwah Pelita Taqwa Oma Dra. Hj. Med.Vet.Retno Trapsilowati, MM menyerahkan cinderamata kepada Ustadz Kurniadi Ilham, M.SI dis-Foto: Sulis-Linggau Pos
BACA JUGA:7 Cara Bijak Orang Tua saat Mengetahui Anak Pacaran
“Tentu ini jadi kerisauan besar bagi hati orang tua. Ini bukan masalah kecil. Tapi apa saran yang kami berikan? Ayah Bunda –lah yang harus terlebih dahulu memperbaiki diri. Salah satu langkahnya dalam dua pekan atau 14 hari berturut-turut tunaikanlah Shalat Tahajud. Jangan putus.
Memohon ampun atas kealpaan kita dan berdoalah pada Allah untuk anak-anak kita, sebab anak-anak ini yang harus diingat dia bukan dalam kendali kita, karena dia bukan milik kita. Allah-lah yang punya kendali atas setiap hamba-Nya termasuk anak kita,” tutur Abi Ilham.
ara Mama yang hadir dalam Seminar parenting SIT Mutiara Cendekia di lapangan SIT Mutiara Cendekia Sabtu 2 Maret 2024.--
Dan benar, kata Abi Ilham, malam ketika Ayah Bundanya tahajud, sang anak bangun mau buang air kecil. Saat terbangun itulah dia lihat bagaimana Ayah Bundanya shalat dan mendoakannya. Selepas itu, Allah SWT menggerakkan hati anak ini lalu bersimpuhlah si anak pada Ayah Bundanya. Sambil berkata "Ayah Bunda, bantu saya karena saya takut Allah marah pada saya!"
“Kesimpulan dari kisah ini adalah, kita tidak bisa menghukum anak-anak kita. Tapi kita perbaiki diri kita. Maka Allah akan benahi hati anak-anak kita. Saat kita lelah membimbing atau mengasuh anak-anak kita, sederhana saja. Selesaikan diri Anda dulu. Yang paling penting, selesaikan masalah kita / hati kita dulu sebagai orang tua. Kalau masalah kita selesai, baru mencoba memahami diri anak secara tuntas. Bagaimana cara menyelesaikan masalah dalam diri kita? Mulai dengan menyadari bahwa kita punya masalah,” tuturnya.
BACA JUGA:5 Metode Mudah Menghafal Alquran
Lalu bagaimana mengurangi lelah mengasuh anak-anak kita, ya dengan memahami anak kita secara tuntas. Yang jadi masalah kadang orang tua memasang ekspektasi terlalu tinggi terhadap anak-anaknya. Sampai si anak, bahkan orang tuanya stress bahkan depresi.
“Padahal yang harus kita ingat adalah Allah SWT menciptakan setiap makhluk dengan kelebihan masing-masing. Setiap anak yang lahir itu, tidak ada satupun yang bodoh. Yang menyedihkan adalah, tatkala orang tua maupun gurunya tak mampu memahami dan mengasah kehebatan/kelebihan anak-anaknya. Dan bahkan bisa lebih sedih lagi, kalau yang bisa menggali kehebatan anak-anaknya justru guru di sekolah,” tuturnya.
Salah seorang orang tua murid SIT Mutiara Cendekia Lubuklinggau yang hadir menjawab challenge dari Abi Ilham dalam Seminar parenting SIT Mutiara Cendekia di lapangan SIT Mutiara Cendekia, Jl Jenderal Sudirman, Kelurahan Jogoboyo, Kecamatan Lubuklinggau Ut--
Jadi, tutur Abi Ilham, sangat penting bagi kita memahami potensi apa yang dimiliki anak-anak kita. Memang, sistem pendidikan di Indonesia belum mampu memotret seluruh kecerdasan anak-anakkita. Dan kita terkungkung dalam pemahaman bahwa anak yang pintar adalah yang memahami Matematika.
Padahal, kata Abi Ilham, bukan itu.
BACA JUGA:Ternyata Begini Cara Rasulullah Membaca Al-Quran saat Ramadhan
Dari sejumlah teori STIFIn, kecerdasan seseorang dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling dan Insting.
Pertama, sensing, sistem operasi otak satu ini terletak di belahan otak kiri bawah alias sistem limbik kiri. Orang dengan keunggulan sensing biasanya mempunyai memori yang kuat dan rajin.