Analisa Korwas Disdikbud Lubuklinggau, Perubahan Guru dan Siswa dengan Kurikulum Merdeka

Koordinator Pengawas Disdikbud Kota Lubuklinggau Maspa Korbani saat mengisi sebuah kegiatan penguatan Kurikulum Merdeka 2023.-Foto : Dokumen Pribadi-Maspa Korbani

Foto : Dokumen Pribadi 

Koordinator Pengawas Disdikbud Kota Lubuklinggau Maspa Korbani saat mengisi sebuah kegiatan penguatan Kurikulum Merdeka 2023.

Kurikulum Merdeka Beri Kebebasan Kepada Guru

LUBUKLINGGAU Tahun Pelajaran 2023/2024 sebagian besar SD, SMP di Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) telah menerapkan Kurikulum Merdeka. 

Koordinator Pengawas (Korwas) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Lubuklinggau Maspa Korbani saat diwawancara KORANLINGGAUPOS.ID Selasa 26 Desember 2023 menjelaskan, perbedaan penerapan Kurikulum Merdeka pada SD dan SMP terletak pada capaian pembelajaran. 

Fasilitator Sekolah Penggerak Provinsi Sumatera Selatan ini menerangkan, pada capaian belajar di SD dengan Kurikulum Merdeka terdiri atas 1 fase (bukan per kompetensi dasar/KD). Untuk SD ada 3 fase. Fase A untuk kelas 1 dan 2. Fase B untuk kelas 3 dan 4. Fase C untuk kelas 5 dan 6. Sedangkan untuk SMP hanya 1 fase yaitu fase D yang umumnya setara kelas VII, VIII, dan IX SMP.

Maspa menjelaskan, perbedaan yang mencolok antara Kurikulum 2023 (K13) dengan Kurikulum Merdeka yang diterapkan sejumlah sekolah saat ini, yaitu pada aspek karakter moral dan akademik. 

“Untuk Kurikulum Merdeka fokusnya pada pengembangan karakter dan moral siswa. Sedangkan K13 fokus pada kemampuan akademik siswa secara umum. Selain itu Pelaksanaan Kurikulum Merdeka lebih fleksibel dan memberikan kebebasan kepada guru untuk mengembangkan pembelajaran, sedangkan K13 lebih terstruktur dan memiliki pedoman yang jelas,” ungkap bapak yang juga dapat amanah sebagai Asesor Badan Akreditasi Nasional ini.

Dengan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, Maspa menyebut, ada perubahan yang cukup signifikan bagi satuan pendidikan.

“Yaitu bagi gurunya menjadi lebih aktif melakukan pengembangan diri yaitu belajar secara mandiri melalui PMM ( Platform Mrerdeka Mengajar), melakukan aksi nyata, sharing dalam Kombel mata pelajaran, kombel satuan pendidikan dan komunitas pendidik lainnya,” terangnya.

Sementara dengan Kurikulum Merdeka, perubahan bagi siswa yaitu lebih kreatif dan mandiri serta lebih bervariasi dalam aktivitas belajarnya. Cukup banyak kegiatan dalam projek P5-nya (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila).

Dengan adanya Kurikulum Merdeka, kata Maspa Korbani, diharapkan dapat mencapai tujuannya yakni untuk menyederhanakan kurikulum sebelumnya yang terkesan rumit dan tidak bisa memenuhi capaian kompetensi peserta didik. Dan yang lebih utama tujuannya adalah terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Maspa menganalisa, dari implementasi Kurikulum Merdeka saat ini, hal yang masih perlu difokuskan yaitu penerapan P5. Karena masih ada miskonsepsi terhadap penerapan P5. 

“Artinya perlu pemahaman yang komprehensif tentang P5. Supaya tujuan dan pelaksanaannya tercapai dengan baik dan benar,” jelasnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan