LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau melalui Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan pastikan, saat ini belum ditemukan kerbau yang terkena penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau Haemorraghic Septecaemia (HS) atau yang lebih dikenal penyakit ngorok.
Kepastian ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Eka Ardi Aguscik melalui Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, Abdullah Fikri saat dibincangi KORAN LINGGAUPOS.ID, Rabu 24 April 2024.
"Sejauh ini belum ada temuan maupun laporan dari masyarakat khususnya peternak kita. Ya mudah-mudahan seterusnya tidak ada kasus ini di kita," ungkap Abdullah Fikri, kemarin.
Abdullah Fikri mengungkapkan populasi kerbau maupun sapi di Lubuklinggau memang tidak sebanyak seperti di daerah lain.
BACA JUGA:Sedang Marak Puluhan Kerbau Mati Mendadak, ini Himbauan Dokter Hewan Musi Rawas
"Populasi kita masih sedikit. Ya paling banyak hanya di daerah Ulu Malus, Kecamatan Lubuklinggau Barat 1 dan Kecamatan Lubuklinggau Utara 1 seperti di Kelurahan Mangun Rejo. Populasinya pun ya paling lebih kurang hanya 80 sampai 100 ekor saja. Belum ada laporan artinya belum ada temuan kasus. Kita juga daerahnya yang ada populasi kerbau juga jauh," jelasnya.
Namun tegas Abdullah Fikri, bukan berarti para peternak di Lubuklinggau jadi santai dan tidak waspada.
"Harus tetap waspada. Karena ini virus yang bisa kapan saja tertular. Terutama dari media yang bergerak. Tetap pantau kesehatan hewan ternak mereka," pesannya.
Untuk upaya pencegahan dari pihaknya, ia mengaku pihaknya rutin melakukan penyuluhan, komunikasi, edukasi dan informasi mengenai penyakit ini.
BACA JUGA:100 Kerbau Akan Divaksi Antisipasi Serangan Virus Septiceimia Epizootica
"Kita juga rutin menyebarkan penyuluh kita mengingatkan ke peternak kita untuk tetap waspada. Jika ada ciri-ciri yang mendekati seperti kerbau mereka tidak biso bernafas, seperti setengah gila segera lapor. Nanti akan segera kita tindaklanjuti.
Ketika ditemukan tegasnya, hewan tersebut segera diisolasi supaya tidak menularkan ke kerbau yang lain. Hal-hal pencegahan seperti ini tegasnya lagi harus terus dilakukukan meskipun belum ada kasus.
"Memang sejauh ini yang kita tahu di Muratara yang sudah ditemukan kasus, karena populasi kerbau mereka cukup banyak. Yang perlu diingat peternak kerbau jika penyakit ini bisa tertular mau kerbau liar maupun kerbau ternak," pesannya lagi.
Mengenai kasus penyakit kerbau ngorok ini, dikutip dari website resmi Kementerian Pertanian pihaknya baru-baru ini menemukan kasus kematian ternak kerbau pampangan di sejumlah wilayah di Provinsi Sumatera Selatan.
BACA JUGA:Puluhan Kerbau Mati, Begini Gejalanya yang Perlu Diwaspadai