Jika saat ini ditemukan sekolah negeri mau pun swasta kekurangan siswa, semakin tahun semakin tidak stabil, menurut Bunda RD Kedum dikarenakan beberapa faktor:
Pertama, berhasilnya program KB di tanah air. Sebagaimana diketahui sejak lahirnya Orde Baru pada bulan Maret 1966 masalah kependudukan menjadi fokus perhatian pemerintah yang meninjaunya dari berbagai perspektif. Perubahan politik berupa kelahiran Orde Baru tersebut berpengaruh pada perkembangan keluarga berencana di Indonesia.
Otomatis, setelah bertahun-tahun jumlah kelahiran dibatasi, jumlah anak pun semakin lama semakin berkurang. Adanya kesenjangan jumlah penduduk produktif dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah sekolah yang berdiri, nampaknya tidak menjadi prioritas pertimbangan pemerintah.
Buktinya hingga kini tetap saja berdiri sekolah-sekolah negeri baru dengan alasan pemekaran pendidikan tanpa memperhitungkan jumlah penduduk yang akan menjangkau sekolah tersebut.
BACA JUGA:23 April 2024, SMAN 4 Lubuklinggau Mulai Terima Siswa Baru
Padahal, apabila pengawasan, kerjasama yang baik antara kebutuhan dengan pemegang kebijakan bidang pendidikan (baca:pemerintah), sekolah-sekolah yang sudah berdiri sebelumnya dapat ditingkatkan kualitasnya. Sehingga persaingan sehat antar lembaga pendidikan dapat berjalan fair tanpa harus mendirikan sekolah-sekolah baru.
Kedua, pengaruh globalisasi sedikit banyak mempengaruhi pola pikir banyak orang.Termasuk orang tua siswa. Ada kekhawatiran orang tua melihat fenomena kurikulum kita yang selalu berubah, hilangnya nilai-nilai tertentu di kalangan anak-anak, ada kejenuhan dan ketidakpercayaan orang tua terhadap kualitas pendidikan di sekolah tertentu.
Mengakibatkan banyak orang tua memilih sekolah swasta seperti Islam Terpadu dan sekolah kejuruan, atau orangtua cenderung memilih sekolah dengan basis pendidikan agama lainnya misalnya di pesantren.
Ketiga, sekolah yang berdiri jauh dari pemukiman, biasanya tidak menjadi prioritas bagi orang tua dan siswa. Masalah keamanan, biaya transportasi, dan lain sebagainya menjadi pertimbangan orang tua. Maka wajar saja jika sekolah-sekolah yang berdiri jauh dari pemukiman minim peminatnya.
BACA JUGA:8 Rekomendasi Tas Multifungsi Branded Lokal untuk Mahasiswa Baru atau Maba
Kecuali sekolah tersebut memiliki fasilitas yang memadai, misalnya ada kendaraan antar jemput, sekolah memiliki prestasi yang dapat dibanggakan, pelayanan yang baik dan profesional, sehingga menarik peminat meski letaknya jauh sekali pun. Artinya, menghadapi fenomena saat ini sekolah swasta mau pun negeri harus meningkatkan kualitas demi menarik siswa.
Keempat, sistem zonasi. Sistem zonasi dikhususkan untuk sekolah negeri gunanya untuk mengatur penempatan siswa ke sekolah yang terdekat dengan tempat tinggal, tujuan utamanya untuk memastikan akses yang adil dan merata bagi semua siswa ke lembaga pendidikan di wilayah tersebut sebagai bentuk penyesuaian kebijakan dari sistem rayonisasi.
Jika rayonisasi lebih memperhatikan pada capaian siswa di bidang akademik, sementara zonasi lebih menekankan pada jarak/radius antara rumah siswa dengan sekolah. Dengan demikian, siswa yang lebih dekat dengan sekolah lebih berhak mendapatkan layanan pendidikan dari sekolah itu.
Dalam aturan jalur zonasi ini, besaran daya tampung diatur oleh Pemda setempat. Bahkan Pemda boleh memberikan lebih besar kuota daya tampung setelah melakukan penghitungan jumlah daya tampung dan proyeksi calon peserta didik.
BACA JUGA:MAN 1 Lubuklinggau Mulai Terima Siswa Baru 2024, Catat Jadwal dan Ketentuan Tesnya
Kenyataannya, meski program sudah ditawarkan sedemikian rupa, namun masih juga sistem zonasi dipermainkan oleh oknum-oknum tertentu.