3. Durasi Studi yang Panjang
Program studi kedokteran umumnya memiliki durasi yang lebih panjang dibandingkan jurusan lain.
Di Indonesia, untuk menjadi seorang dokter, seorang mahasiswa harus menyelesaikan program pendidikan dokter yang terdiri dari jenjang sarjana (S1) selama 4-6 tahun, kemudian dilanjutkan dengan program profesi dokter (koas) selama 1-2 tahun.
BACA JUGA:Ingin Cepat Jadi CPNS? Berikut 8 Jurusan Kuliah yang Lulusannya Berpeluang Besar Lolos CPNS 2024
Setelah itu, masih ada kewajiban mengikuti program internship selama 1 tahun dan jika ingin menjadi spesialis, perlu menempuh pendidikan tambahan selama beberapa tahun lagi.
Durasi studi yang panjang ini berarti biaya pendidikan terus bertambah selama bertahun-tahun.
4. Biaya Praktikum dan Magang
Selama masa studi, mahasiswa kedokteran harus mengikuti berbagai praktikum dan magang di rumah sakit atau pusat kesehatan lainnya.
Kegiatan ini membutuhkan biaya yang cukup besar untuk bahan-bahan praktek, asuransi kesehatan, serta biaya administrasi lainnya.
Selain itu, rumah sakit pendidikan yang bekerja sama dengan universitas juga memerlukan dana untuk mendukung operasional program magang dan praktikum tersebut.
5. Bahan dan Peralatan Belajar
Mahasiswa kedokteran membutuhkan berbagai bahan belajar yang harganya tidak murah, seperti buku teks kedokteran yang berkualitas, peralatan medis untuk praktek, dan perangkat lunak simulasi.
BACA JUGA:Mahasiswa Kedokteran Ditemukan Tak Bernyawa, Ada Tabung Gas Helium dan Dua Lembar Surat
Buku teks kedokteran sering kali harus diimpor dan berharga mahal karena mengandung informasi ilmiah yang mendalam dan terbaru.
Selain itu, peralatan medis yang digunakan untuk belajar dan praktek juga membutuhkan biaya besar.