Didik Anak Seperti Ini Agar Terhindar Dari Perilaku Bullying

Rabu 26 Jun 2024 - 13:50 WIB
Reporter : HIKMAH PUTRI
Editor : HIKMAH PUTRI

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat kasus bullying meningkat pada kisaran 30-60 kasus per tahun. Pada tahun 2022, KPAI mencatat terdapat 4.124 aduan kasus perundungan terhadap anak. 

Informasi lain dari CNN Indonesia melaporkan, sebanyak 251 anak usia 6-12 tahun menjadi korban kekerasan di sekolah pada periode Januari-April 2023. 

Dampak dari tindakan tidak menyenangkan yang bersifat ofensif dan asertif tidak hanya dialami oleh mereka yang menjadi sasaran bullying (korban), namun juga oleh mereka yang menyaksikan kejadian tersebut (bystanders). 

Pasalnya, perundungan terutama di dunia nyata sering kali terjadi di depan banyak orang sehingga kejadian tersebut disaksikan oleh banyak mata. 

BACA JUGA:Sukses Gelar Pelepasan dan Pentas Seni 2024, Ini Harapan Kepala TK Negeri Pembina Muara Beliti

Namun ada fakta menarik, penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan lebih mudah bersimpati dan memberikan dukungan kepada anak perempuan dan laki-laki yang menjadi korban bullying. 

Mereka yang mengalami perundungan secara langsung dapat merasakan dampak langsung, baik secara fisik, jika perundungan itu bersifat ofensif atau menyakitkan secara fisik, dan secara emosional, seperti perasaan malu, terhina, sakit hati, jengkel, atau marah. 

Dampak jangka menengah dan panjang biasanya bersifat psikologis, seperti takut berangkat sekolah, sering bolos, sulit tidur, kehilangan rasa percaya diri, menutup diri dari pergaulan, sulit konsentrasi belajar, dan trauma aktivitas sekolah.

Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anaknya pernah mengalami perundungan di sekolah. Karena anak tidak banyak bicara mengenai kejadian bullying, orang tua justru bersuara lantang terhadap anaknya yang menunjukkan perubahan perilaku seperti menjadi lebih pendiam, mengurung diri di kamar, semakin marah, mudah berbohong, atau bahkan menolak masuk sekolah.

BACA JUGA:Fantastis 3 Universitas Islam di Indonesia Terbaik Dunia 2024, Universitas Muhammadiyah Bertengger di UniRank

Sementara itu, mereka yang menyaksikan kejadian bullying (bystander) dan melihat bagaimana teman yang menjadi sasaran bullying menjadi takut, menangis, menjerit, dan mengeluarkan emosi negatif lainnya, akan memiliki kenangan akan kejadian tersebut yang tidak akan mudah hilang bahkan mungkin hilang diingat seumur hidup mereka. 

Beberapa penelitian mengenai dampak bullying terhadap mereka yang menyaksikan kejadian bullying menunjukkan bahwa hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan, perasaan tidak aman dan kemarahan. 

Namun, mereka tidak tahu harus berbuat apa sehingga mereka meminta bantuan guru, orang tua, atau ahli kesehatan mental.

Pertama, mendidik anak untuk memahami akhlak dan perilaku yang baik dan buruk, termasuk perilaku yang disebut dengan bullying, perundungan, atau kekerasan seksual. 

BACA JUGA:Pendaftaran PPDB SDN 37 Lubuklinggau, Berlangsung Selama Tiga Hari

Dengan mengetahui apa itu perundungan, kekerasan seksual, dan keterbukaan, maka anak akan lebih mudah mengenali perilaku yang dilihatnya di lingkungannya, apakah itu perbuatan yang baik atau buruk dan patut ditiru atau tidak.

Kategori :