Temuan ini kemudian menimbulkan kekhawatiran kemungkinan virus SV40 dapat menyebabkan kanker pada manusia.
Namun, sebagian besar penelitian—yang mengamati hubungan antara SV40 dan kanker tersebut—tidak menemukan hubungan sebab akibat antara penerimaan vaksin polio yang terkontaminasi SV40 dan perkembangan kanker.
Buku berjudul, “Vaccines and Your Child: Separating Fact from Fiction” yang diterbitkan Columbia University Press pada 2011 memaparkan secara rinci vaksin polio dan virus SV40.
BACA JUGA:Warga Kecamatan Stl Ulu Terawas Musi Rawas, Antusias Mengikuti Pekan Imunisasi Nasional Polio
BACA JUGA:UPT Puskesmas Nawangsasi Targetkan Anak-anak di Tugumulyo Divaksin Polio
Pada 1960, temuan kontaminasi virus SV40 terjadi ketika vaksin polio disuntikkan terhadap hamster yang baru lahir sehingga mengakibatkan tumor besar di bawah kulit serta di paru-paru, ginjal, dan otak.
Saat penemuan ini dipublikasikan, kekhawatiran terjadi lantaran vaksin polio sudah disuntikkan kepada jutaan anak di AS, Inggris, Jerman, dan Swedia.
Selama beberapa tahun berikutnya, para peneliti melakukan serangkaian studi.
Peneliti membandingkan prevalensi kanker pada anak-anak yang menerima vaksin polio yang terkontaminasi virus SV40 dengan anak-anak yang tidak divaksinasi.
BACA JUGA:Warga Lubuklinggau Antusias Antar Anak Imunisasi Polio di UPT Puskesmas Megang
BACA JUGA:Dinas Kesehatan Lubuklinggau Launching PIN Polio 2024
Hasilnya, angka kejadian kanker pada kedua kelompok adalah sama.
Pada pertengahan 1990-an, otoritas kesehatan meyakini bahwa vaksin polio yang terkontaminasi SV40 tidak menyebabkan kanker.
Ditegaskan juga bahwa tidak ada vaksin polio yang digunakan saat ini mengandung virus SV40.
Selain itu, tidak ada bukti kuat tentang vaksin polio dapat memicu HIV.
BACA JUGA:UPT Puskesmas Perumnas Lubuk Tanjung Targetkan 1.816 Anak Ikuti PIN Polio