LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID – Bukan hanya satuan pendidikan swasta.
Sekolah-sekolah negeri yang letaknya di pinggiran kota, juga harus berjuang keras untuk mendapatkan siswa baru ditahun ajaran 2024/2025 ini.
Salah satu sekolah yang kondisinya kian terpuruk yakni SMAN 7 Lubuklinggau.
Sekolah yang dipimpin Bapak Agustunizar, M.Pd itu telah melakukan berbagai upaya untuk menarik minat siswa baru dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
BACA JUGA:Pengurus OSIS Dilantik, ini Pesan Kepala SMAN 7 Lubuklinggau
BACA JUGA:Yuk Kenalan dengan Ekstrakulikuler Seni SMAN 7 Lubuklinggau
Hanya saja, dari 42 siswa kelas XII yang lulus tahun 2024, tak sebanding dengan jumlah siswa baru yang masuk tahun ini.
“Yang daftar dak salah-salah, 30 orang. Tapi yang registrasi ulang 11 anak. Lalu sekarang tinggal 8 orang. Kami tidak bisa berbuat banyak. Kecuali tetap menjaga dan mendidik anak-anak ini dengan sebaik mungkin,” tutur Agustunizar.
Agustunizar mengungkapkan, minimnya siswa masuk SMAN 7 Lubuklinggau atau sekolah pinggiran lainnya tak lepas dari banyaknya sekolah-sekolah lain yang menambah rombongan belajar.
“Yang harusnya cuma buka 8 rombel, jadi buka 10 rombel. Merata ini. Makanya kami tidak bisa berbuat banyak. Lapor ke Ombudsman sudah. Lapor ke Dinas Pendidikan juga sudah. Jadi upaya apa lagi yang bisa kami lakukan agar SMA SMK negeri mematuhi aturan PPDB? Sepertinya sudah mentok. Saya juga sadar, teman-teman kepala sekolah SMA SMK ini kan pasti dibawah tekanan oknum juga,” ungkapnya.
BACA JUGA:Membanggakan, Pelajar SMPN 3 Lubuklinggau Juara 1 Badminton Series Walikota Cup 2024
BACA JUGA:SDN 29 Lubuklinggau Berpartisipasi Meriahkan HUT RI ke-79
Saat ini, jumlah siswa di SMAN 7 Lubuklinggau dari kelas I hingga kelas III lebih kurang 50-an anak.
“Kondisi ini yang rugi ya guru. Nol jam belajar. Apalagi banyak guru sertifikasi kami tak bisa memenuhi kewajiban mengajar. Guru Biologi salah satunya. Sudah jelas kami ini kekurangan murid. Tapi tahun 2022 dan 2023 kami dapat guru PPPK Biologi. Jadi kasihan juga kami dengan guru-guru ini. Maka tolonglah Dinas Pendidikan Sumsel saya berharap petakan betul kebutuhan guru sesuai dengan tempatnya. Agar tak ada yang nol jam mengajar begini,” harap Agustunizar.
Agustunizar sangat berharap Tim Dinas Pendidikan Sumsel maupun Ombudsmen menindaklanjuti laporannya.