Kemudian, Mak Ranggi merendam daging tersebut dalam air yang berisi rempah-rempah, lalu ditusuk, disendok, dan dipanggang.
Ternyata cita rasa dagingnya sangat nikmat. Akhirnya, olahan daging khas Mak Ranggi ini perlahan mulai dikenal oleh masyarakat.
BACA JUGA:Burayot Kuliner Manis Legendaris yang Populer ini Ternyata Sudah Ada Sejak Zaman Penjajahan Belanda
BACA JUGA:Weekend di TOS, Wajib Cicip Kuliner Lubuklinggau Satu Ini, Kue Brownis Dapur Linda
Sejarah Sate Maranggi versi kedua
Sejarah Sate Maranggi versi kedua menyebutkan bahwa berawal dari inisiatif para karyawan di sebuah peternakan kambing di Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta.
Para pekerja tersebut kerap kali mendapat potongan daging kambing sisa dari peternakan tersebut. Akhirnya, mereka berinisiatif untuk menyajikan cita rasa nikmat dari potongan daging kambing sisa tersebut.
Sejarah Sate Maranggi versi ketiga
Versi selanjutnya menyebutkan bahwa sejarah Sate Maranggi bermula dari para pedagang yang datang dari Tiongkok ke daerah Jawa Barat.
BACA JUGA:Gurihnya Pindang Pegagan Sajian Kuliner Khas Sumsel, Yuk Buat di Rumah
BACA JUGA:Berlibur ke Sulawesi Tenggara, Nikmati Kuliner Ini
Filosofi Sate Maranggi
Sate Maranggi memiliki ciri khas yang khas, salah satunya adalah memiliki tiga daging dalam 1 tusuk.
Meski hanya 3, dagingnya berukuran besar dan empuk.
Ternyata 3 daging dalam 1 tusuk tersebut memiliki nilai filosofis, yaitu konsep Tri Tangtu yang artinya: Tekad, atau nia, Ucapan, dan Perbuatan.
Dimana nilai filosofis wisata kuliner Indonesia, termasuk Sate Maranggi, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.