LUBUKLINGGAU, LINGGAUPOS.BACAKORAN.CO – Pesatnya pertumbuhan kendaraan pribadi, dan hadirnya layanan ojek maupun taxi online membuat trayek angkutan kota (angkot) maupun angkutan desa (angdes) sepi penumpang. Sebagian sopir angkot banting setir cari pekerjaan lain. Namun tak sedikit juga masih bertahan ditengah ketidakpastian.
Saat diwawancara Harian Pagi Linggau Pos, Arman sopir angkot yang tinggal di Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Lubuklinggau Barat 2, Kota Lubuklinggau mengakui kehadiran ojek maupun taxi online cukup berpengaruh pada mata pencahariannya ini.
“Tapi mau bagaimana lagi. Kami tidak bisa menyalahkan perkembangan teknologi, perkembangan zaman, dan memaksa orang-orang untuk naik angkot. Jadi kami tetap sabar, dan berzikir, karena kan rezeki sudah Allah yang atur, jadi kami hanya menjalankannya saja,” ungkap Arman yang kadang mangkal di dekat Terminal Kalimantan Kota Lubuklinggau.
Arman sudah 15 tahun jadi sopir angkot. Angkot yang ia kemudikan ini sewaan, alias bukan milik dia sendiri.
BACA JUGA:Ini Rahasia Warung Lotek Bude Watervang Lubuklinggau Tetap Eksis Sejak 1986
Setiap harinya ia menyetor uang sewa angkot ini Rp 50 ribu ke pemilik.
Beda lagi dengan Ali yang mengemudikan angkotnya sendiri. Ia mengaku jadi sopir angkot sejak tahun 2001 hingga sekarang.
“Penumpang sangat sepi tidak seperti dulu,” jelasnya.
Menjadi sopir angkot ini merupakan pekerjaannya sehari-hari, dan ia juga berkata bahwa tidak ada pekerjaan sambilan yang lainnya. Jadi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari penghasilan narik angkot saja.
BACA JUGA:PT Linggau Bisa dan Disdikbud Diminta Buat Program Sekolah Goes to Air Terjun Temam
“Tarif angkot sekarang Rp 8 ribu dewasa, dan anak sekolahan Rp 3 ribu. Sehari rata-rata dapatnya Rp 120 sampai Rp 130 ribu. Jadi bersihnya uang dari narik angkot ini Rp 50 ribu,” jelasnya.
Saat ditanya kalau harga BBM naik tahun depan, Ali mengaku ia hanya mengikuti aturan dari pemerintah, karena untuk tarif angkot sendiri sudah ditetapkan oleh pemerintah sendiri, jadi mereka hanya mengikuti peraturan yang ada.
Ali dan rekan-rekannya berharap semoga tarif angkot dan BBM dapat disesuaikan sebagaimana mestinya, sehingga tidak memberatkan satu sama lain, baik dari pemerintah maupun para sopir angkot. Sehingga uang yang didapatkan dapat mencukupi kehidupan sehari-hari.(sun)