KORANLINGGAUPOS.ID - Pasangan calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Lubuk Linggau nomor urut 2, H Rahmat Hidayat-H Rustam Effendi (Yok teRus) mengklaim mengantongi 80 persen suara dari total 169 ribu responden.
Klaim itu disampaikan Taufik Siswanto salah seorang tim pemenangan Yok teRus saat saat kampaye di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Lubuk Linggau Barat II pada Minggu 6 Oktober 2024.
Klaim tersebut dinilai tidak wajar oleh berbagai kalangan, diantaranya pengamat politik Sumatera Selatan (Sumsel), Bagindo Togar.
Bagindo Togar menyatakan 80 persen merupakan angka yang begitu fantastis sehingga sulit dipercaya. Pasalnya hasil survei yang disebutkan sebagai dasar klaim tersebut lembaga tidak memiliki identitas yang jelas.
BACA JUGA:Menakar Kekuatan ROIS-YOK teRUS di Pilkada Lubuk Linggau, Begini Analisa Pengamat
BACA JUGA:Pilkada Musi Rawas Diperkirakan Calon Tunggal, Begini Konsekwensinya Sesuai Analisa Pengamat
"Lembaga survei tanpa identitas, atau berlindung dibalik kemasan survei internal yang disebut-sebut kredibel, menunjukkan bahwa hasilnya sangat diragukan," kata Togar.
Ia menambahkan bahwa klaim tersebut tidak disertai dengan informasi penting seperti metodologi survei, waktu survei, hingga spesifikasi karakteristik responden.
Menurut Togar survei tersebut tidak memenuhi kaidah akademis. Seharusnya survei memenuhi kaedah akademis yang menjadi landasan dalam publikasi data survei.
Tidak adanya informasi mengenai probabilitas dan margin of error dalam survei menandakan ketidakvalidannya.
BACA JUGA:Calon Tunggal di Pilkada Musi Rawas, Pengamat : Besar Resikonya
BACA JUGA:Calih Ingin Maju Pilkada Diminta Mundur, Berikut Penjelasan Lengkap KPU Sumsel dan Pengamat Politik
Publikasi klaim yang berlebihan muncul karena panik terutama saat mengetahui elektabilitas lawan politik semakin stabil dan kuat di berbagai kelompok sosial.
Tingkat kesadaran publik di Lubuk Linggau sebagai kota dengan perkembangan pesat di Sumsel dinilai memiliki tingkat kecerdasan intelektual, emosional, dan sosial tinggi.
Hasil survei yang disampaikan ke publik tanpa didukung data valid akan dianggap mencari sensasi oleh sebagian besar masyarakat.