Surat Al Humazah ayat 1-4 menjelaskan tentang orang kikir yang selalu menghitung harta. Mereka mengira, hartanya akan mengukuhkan posisi dan kekuasaannya di bumi.
Selanjutnya, tanda-tanda rezeki yang membawa azab Allah SWT yang keempat, kesenangan dan kegembiraan meski melakukan maksiat.
BACA JUGA:Irjen Pol Marthinus Hukom Kepala BNN RI Menggantikan Komjen Petrus
Tanda selanjutnya adalah maksiat selalu dilakukan, namun kehidupan di dunia semakin sukses dan sejahtera. Dalam Mutiara Nahjul Balaghah, Ali bin Abi Thalib RA berkata, "Hai anak Adam, ingat dan waspadalah bila engkau lihat Rabbmu terus melimpahkan nikmat atas dirimu, sementara engkau terus menerus melakukan maksiat kepadaNya."
Pangkal dari perbuatan maksiat adalah kehancuran dan penderitaan. Ketika maksiat terus dilakukan, namun kehidupan dunia semakin sukses, maka hal itu merupakan kemurahan hati Allah dalam bentuk istidraj.
Tanda kelima, rezeki yang datang ditanggapi dengan kesombongan dan tinggi hati.
Harta yang bergelimang berpotensi membuat hati menjadi sombong dan menganggap remeh orang lain. Orang yang istidraj merasa segala kenikmatan yang didapat semaa karena usahanya sendiri, tanpa campur tangan Allah SWT.
BACA JUGA:8 Januari Mulai Pendaftaran SNPMB 2024, Alumni SMA/MA dan SMK Siap-siap
Keenam, merasa bahagia tanpa takut azab Allah SWT.
Karakter istidraj ini muncul karena pelaku merasa berhak atas rezeki yang diterima. Mereka tidak berpikir ada pihak yang lebih berhak atas rezeki tersebut. Rezeki biasanya diperoleh dengan cara yang tidak baik.
Kendati begitu, para pelaku tidak takut azab Allah SWT atas perbuatannya. Mereka juga sering merendahkan orang lain, sombong, dan aman dari sanksi yang ditentukan Allah SWT. Hal ini dijelaskan di buku Tasawuf Akhlak: Ilmu Tasawuf yang Berkonsentrasi dalam Perbaikan Akhlak karya Dr H Abd Rahman.
Terakhir, tanda-tanda rezeki yang membawa azab Allah SWT yakni kualitas dan frekuensi ibadah turun, tapi rezeki selalu lancar.
BACA JUGA:SMAN Bingin Teluk Muratara Sukses Gelar Market Day P5 ‘Rekayasa dan Teknologi Iluk Farm’
Dengan mutu dan frekuensi ibadah yang menurun, sudah selayaknya seorang hamba mendapat teguran. Namun hal sebaliknya terjadi pada pelaku istidraj. Rezeki mereka tetap lancar atau malah makin baik, walau kualitas dan kuantitas ibadah menurun.
Sebagai catatan, rezeki tidak hanya ditinjau dari aspek material. Namun juga non material misal tubuh sehat, hati senang dan tenang, dan terhindar dari kecelakaan. Pelaku istidraj tidak sadar dirinya sedang diuji Allah SWT. (red/det)