KORANLINGGAUPOS.ID- Indonesia mengambil langkah besar dalam sektor pangan dengan memastikan tidak akan mengimpor beras pada 2025.
Komitmen ini disampaikan oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, yang optimistis kebutuhan beras nasional dapat terpenuhi melalui peningkatan produksi dalam negeri.
Untuk mencapai swasembada pangan, pemerintah memulai program pencetakan sawah baru seluas 750 ribu hektare per tahun.
Program ini akan dijalankan selama tiga tahun, mulai 2025 hingga 2027.
BACA JUGA:Wujudkan Muba Swasembada Pangan, Begini Upaya yang Dilakukan Pemkab Muba
BACA JUGA:Kesempatan Daftar Pupuk Subsidi 2025, Wujudkan Swasembada Pangan Nasional, Ini 3 Syaratnya
Menurut Menteri Pertanian, langkah ini diharapkan mampu menambah produksi beras hingga 2,5 juta ton setiap tahunnya.
Dengan tambahan produksi tersebut, kebutuhan nasional yang saat ini sekitar 30 juta ton beras per tahun dapat terpenuhi.
Bahkan, Indonesia diproyeksikan memiliki surplus beras sebesar 5 juta ton pada 2027, membuka peluang ekspor ke pasar internasional.
"Kalau tambahan 2,5 juta ton per tahun bisa diwujudkan, kebutuhan domestik akan terpenuhi. Tahun berikutnya surplus 5 juta ton, dan kita sudah bisa mengekspor," ujar Arief.
Tidak hanya fokus pada peningkatan luas lahan tanam, pemerintah juga memperhatikan aspek penunjang seperti pembangunan gudang penyimpanan beras dan alat pengering padi.
BACA JUGA:Harga Beras Beranjak Naik DKP Laksanakan GPM Siapkan 6 Ton Beras
BACA JUGA:83 Gelar Akademik dan Profesi di Dunia? Berasal dari Sumatera Selatan Ini Sosok Orangnya
Langkah ini bertujuan memastikan kualitas beras tetap terjaga dan mengurangi risiko kerusakan pascapanen.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA) untuk memprediksi hasil panen setiap tiga bulan.