“Ucapan itu tak baik dikatakan, apalagi di depan publik oleh penceramah dan pejabat publik.
Perlu kematangan diri sang penceramah dalam menanggapi sesuatu sehingga tidak kontra produktif,” tulisnya di Instagram.
BACA JUGA:Pasangan SULTHAN Janji Kembalikan Musi Rawas Darussalam dan Selesaikan Jembatan Semangus
BACA JUGA:Cek Para Pengusaha, Ini Barang dan Jasa Kena Pajak PPN 12 Persen Mulai 1 Januari 2025
Reaksi netizen juga beragam:
- Sebagian mendukung Gus Miftah dengan alasan bahwa candaan tersebut tidak perlu dibesar-besarkan.
- Sebagian lainnya menilai candaan tersebut kurang bijak, terlebih di hadapan publik.
Contoh komentar:
1. “Gus Miftah adalah tokoh moderasi beragama, apapun yang beliau lakukan adalah wujud dari moderasi beragama, tugas kita meneladaninya.”
2. “Beli silahkan, nggak beli jangan di goblokin. Mana di depan publik lagi. Moga Allah beri hidayah.”
BACA JUGA:Dikenal Religius, Syarif-Gusti Menutup Kampanye dengan Tabligh Akbar
BACA JUGA:Pasangan SULTHAN Janji Kembalikan Musi Rawas Darussalam dan Selesaikan Jembatan Semangus
Pelajaran dari Kontroversi Ini
Kasus ini menunjukkan pentingnya menjaga komunikasi yang efektif, terutama bagi tokoh agama dan pejabat publik:
1. Bijak dalam Bertutur Kata
Humor dan candaan memang bisa menjadi pendekatan dalam berdakwah, tetapi harus tetap mempertimbangkan sensitivitas audiens agar tidak menimbulkan salah tafsir.