Jangan Sepelekan Penyakit Lupus, Kenali Gejala dan Penanganannya

Sabtu 21 Dec 2024 - 20:33 WIB
Reporter : RIENA FITRIANI MARIS
Editor : RIENA FITRIANI MARIS

KORANLINGGAUPOS.ID - Jangan sepelekan penyakit lupus. Karena jika lambat ditangani dan tidak rutin berobat hingga terapi, bisa mengancam keselamatan pasien.

Apalagi kedepan, 2025 kita bisa mendeteksi dini penyakit Lupus dengan program Periksa Lupus Sendiri (SALURI). 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Lubuk Linggau, dr Ahmar Kurniadi, Sp.PD menjelaskan penyakit lupus memang seharusnya segera ditangani ditahap awal. Karena dengan cepat ketahuan dari awal, lalu segera ditangani dengan diterapi secara rutin dan berobat, tidak sampai menimbulkan komplikasi.

"Karena yang membuat bahaya itu ya komplikasinya. Dan komplikasi yang paling dikhawatirkan atau ditakutkan mengalami gagal ginjal," ungkapnya. 

BACA JUGA: Jangan Sepelekan Lupus, Ini Penyebab dan Gejalanya

BACA JUGA:dr Ahmar Kurniadi, Sp.PD Bagikan Tips Agar Pasien Lupus Tak Mengalami Komplikasi

Pasien yang ia tangani sendiri diakuinya ada yang berat tapi masih bisa ditanggulangi.

"Namun kalau sudah ke gagal ginjal tahap akhir, biasanya cuci darah ini yang bahaya dan bisa menyebabkan meninggal dunia. Lalu ada juga pasien yang tidak kontrol, minum obatnya nggak teratur. Padahal, jeleknya ya pasien lupus akan minum obat seumur hidupnya. Hanya saja jika dia rutin kontrol dan terapi serta minum obat, kedepannya obat yang diminum bisa dikurangi dosisnya,' tegasnya lagi. 

Lalu apa itu program SALURI ?

Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI SALURI bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang lupus melalui edukasi dan pendekatan berbasis komunitas.

BACA JUGA:Derita Lupus dan Kebocoran Jantung, Bidan Diah Warga Lubuk Linggau Butuh Bantuan

BACA JUGA:Gejala Lupus yang Perlu Diwaspadai

Lupus merupakan penyakit autoimun kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Berdasarkan studi yang dilakukan Prof. Handono Kalim dan tim di Malang, prevalensi lupus di Indonesia diperkirakan sebesar 0,5%, dengan jumlah penyandang lebih dari 1,3 juta orang. Penyakit ini terutama menyerang perempuan usia reproduksi 15-45 tahun.

Direktur P2PTM Dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan program SALURI akan dimulai tahun 2025. Program ini menyasar calon pengantin wanita sebagai langkah awal pencegahan di kelompok usia berisiko. SALURI mengajak masyarakat untuk mengenali tanda-tanda lupus secara mandiri dan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) jika menemukan gejala yang mencurigakan.

Dr. Nadia menekankan deteksi dini lupus membutuhkan kolaborasi multi-sektor antara pemerintah pusat dan daerah, organisasi profesi, BPJS Kesehatan, dan media. Kemenkes juga telah menyusun pedoman dan modul pelatihan tatalaksana lupus bagi tenaga kesehatan. Program Rujuk Balik melalui BPJS Kesehatan juga diperkuat agar pasien lupus mendapatkan penanganan berkelanjutan.

Kategori :