Desa Blitar Muka Rejang Lebong Centra Gula Merah Begini Cara Membuatnya

Sabtu 11 Jan 2025 - 21:45 WIB
Reporter : MUHAMMAD YASIN
Editor : MUHAMMAD YASIN

KORANLINGGAUPOS.ID - Melihat cara membuat gula merah aren di Desa Blitar Muka, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.

Desa Blitar Muka merupakan salah satu desa penghasil gula merah Aren di daerah Curup.

Sebagian besar warga Desa Blitar Muka, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu,  sumber ekonominya di bidang pertanian khususnya sayur, ada juga kopi dan membuat gula merah dari air Nira yang dihasilkan dari pohon Aren.

Gula merah aren dari daerah Curup Kabupaten Rejang Lebong sangat dikenal masyarakat luar Provinsi Bengkulu diantaranya Sumatera Selatan (Sumsel), Jambi, Lampung, Pekanbaru, hingga pulau Jawa. Gula merah dari Curup cukup dikenal sangat cocok untuk membuat cuka pempek dan aneka makanan lainnya.   

BACA JUGA:Kemenag Terbitkan Surat Edaran Panduan Makan Bergizi Gratis di Pesantren, Berikut Rinciannya

BACA JUGA:Program Makan Bergizi Gratis Presiden Prabowo, Ini Tanggapan Kepala Sekolah Musi Rawas

Ternyata untuk membuat gula merah aren prosesnya cukup panjang. Air untuk membuat gula merah diambil dari tangkai Manggar pohon aren.

Untuk mengambil airnya tangkai Manggar dipotong sedikit pada bagian ujungnya. Lalu letakkan jerigen atau batang bambu untuk menampung air yang keluar dari manggar yang disebut air Nira.

Dari air Nira inilah kumpulkan sedikit demi sedikit dari satu pohon enau atau pohon aren ke pohon enau lainnya, lalu dimasak hingga mengental menjadi gula merah.

Kendro salah seorang warga Desa Belitar Muka mengatakan ada tahapan yang harus dilakukan saat sebelum menyadap atau sebelum memotong ujung manggar, manggarnya dipukul-pukul dulu pakai kayu agar air niranya keluar.

 BACA JUGA:Hari Kedua Seluruh Menu Disukai Anak, Berikut Saran Dokter untuk Menu Program Makan Bergizi Gratis yang Tepat

BACA JUGA:Jadwal dan Menu Makan Bergizi Program Makan Bergizi Gratis, Ikan, Daging, Ubi, Talas, Buncis, Nasi dan Jagung

Jika tidak dipukul air nira tidak keluar. Tapi memukulnya pelan-palan saja. Setelah manggar dipukul lalu potong sedikit ujung manggar. Lalu bagian ujung manggar yang dipotong dimasukkan ke dalam jerigen yang merupakan wadah untuk menampung tetesan air Nira.  

Jeriken itu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga ketika hujan air hujan tidak masuk ke dalam jerigen. Kalau dulu untuk menampung air nira pakai bambu.

"Sekarang masih ada yang pakai bantu tapi sudah sedikit karena sulit mencari bambu yang besar. Bambu untuk menampung air nira diameternya besar agar bisa banyak menampung air Nira," katanya kepada KORANLINGGAUPOS.ID.         

Kategori :