Pertahankan Tradisi Nenek Moyang, Petani di Desa Air Satan Musi Rawas Masih Gunakan Cara Tradisional

Senin 10 Feb 2025 - 22:33 WIB
Reporter : GILANG ANDIKA
Editor : RIENA FITRIANI MARIS

MUSI RAWAS, KORANLINGGAUPOS.ID – Di tengah kemajuan teknologi pertanian yang semakin pesat seperti saat ini, sebagian petani di Desa Air Satan, Kecamatan Muara beliti, Kabupaten Musi Rawas (Mura) masih setia membajak sawah dengan cara tradisonal. Yakni membajak sawah dengan cara manual.

Cara manual yakni tidak menggunakan mesin traktor, namun menggunakan alat dari kayu yang ditarik oleh petani. 

Tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, ini masih menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat Desa Air Satan, karena berbagai alasan.

Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang petani Hendri kepada KORANLINGGAUPOS.ID, Senin 10 Februari 2025.

BACA JUGA:Disperindag Musi Rawas Terkendala Dana untuk Kembangkan Pasar Tradisional

BACA JUGA:Tradisi Unik Pengajuan Nikah di Satuan TNI AD Dari Gowes Becak hingga Konvoi Motor Meriah

“Pembajakan sawah ini, sudah berlangsung selama dua hari. Yang awalnya dilakukan pada petak lahan sawah sebelahnya, berukuran satu setengah hektar,” ungkap Hendri.

Untuk hari ini, dirinya bersama temannya melakukan pembajakan sawah di lahan kedua, yang memiliki luas satu hektar.

Kegiatan pembajakan sawah secara manual ini, memang merupakan tradisi turun-temurun dari bapak dulu. Akhirnya masih bertahan sampai sekarang.

Hal tersebut dilakukan, untuk menghemat biaya dalam proses pembajakan sawah. Mengingat harga alat mesin traktor tidak murah, sehingga mereka belum sanggup untuk membeli.

BACA JUGA:5 Toko Kopi Legendaris di Pasar Tradisional yang Wajib Dikunjungi

BACA JUGA:2025 Ada 8 Tren Warna Desain Interior Perpaduan Klasik dan Tradisional Semakin Menarik

Apalagi jika menggunakan alat traktor tentunya harus mengeluarkan biaya lebih, untuk membeli minyak. Meskipun untuk alat traktor bisa digunakan dengan gratis, menggunakan mesin yang dibantu oleh pemerintah.

Ia menambahkan, selain menghemat biaya, membajak sawah dengan cara tradisional juga lebih ramah lingkungan. Karena tidak menghasilkan emisi atau gas buangan.

“Untuk lahan persawahan satu hektar, saya bisa melakukan panen dan menghasilkan 100 kilogram padi. Dengan harga jual per kg Rp 7.000 sampai Rp 10.000, tergantung dengan kualitas berasnya,” tegasnya.

Kategori :