LUBUKLINGGAU, LINGGAUPOS.BACAKORAN.CO – Rabu pagi 18 Oktober 2023 sebanyak 33 Mahasiswa Prodi Pendidikan dan Sastra Bahasa Indonesia Universitas PGRI Silampari (UNPARI) belajar editing. Namun kali ini, mereka mempelajarinya bukan di kampus.
Melainkan datang langsung ke Graha Pena Linggau atau Kantor Harian Pagi Linggau Pos, Jl. Yos Sudarso, Kelurahan Watervang, Kecamatan Lubuk Linggau Timur 1, Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan.
Kedatangan mahasiswa semester 5 ini didampingi H. Jamaludin, M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Editing. Mereka langsung menuju Lantai 3 Meeting Room untuk sejenak merefresh ilmu editining bersama Sulis Pemimpin Redaksi Harian Pagi Linggau Pos dan Linggaupos.bacakoran.co.
Bapak Jamaluddin menuturkan, ia sengaja mengajak mahasiswa kunjungan langsung ke dapur redaksi Harian Pagi Linggau Pos untuk melihat langsung bagaimana proses editing, secara nyata, yaitu praktek langsung sesuai dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diterapkan oleh UNPARI.
BACA JUGA:Bangga! Miko, Murid SDN 16 Lubuklinggau Lahirkan Dua Buku
Harapannya, selain mahasiswa mendapatkan informasi mengenai proses editing pada berita, kunjungan ini dilakukan supaya bisa memberi wawasan, serta gambaran dunia media pada arus digitalisasi saat ini.
“Karena saat di kampus, mahasiswa hanya mendapatkan teori saja, sedangkan dalam MBKM mengharuskan mahasiswa melihat secara nyata kegiatan dari teori yang telah disampaikan tersebut,” jelas H Jamaluddin saat diwawancara Wartawati Harian Pagi Linggau Pos disela mendampingi mahasiswanya di Graha Pena Linggau, Rabu 18 Oktober 2023.
Pada kesempatan itu, Sulis kembali mengulas tentang makna editing.
Editing adalah proses pemilihan kata, pemotongan, perbaikan tulisan, kalimat, gambar, maupun video untuk menghasilkan sebuah tulisan (berita maupun karya ilmiah), foto/ gambar, film/tayangan menjadi lebih layak untuk dipublikasi. Orang yang melakukan editing disebut sebagai editor.
BACA JUGA:SMAN Purwodadi Musi Rawas Wujudkan Perpustakaan Sekolah yang Nyaman dan Lengkap untuk Siswa
“Editor itu layaknya make up artist alias MUA. Berita yang bisa jadi tadinya belum enak dibaca, mungkin ada salah EYD, salah menempatan kata, salah penulisan huruf dan sebagainya dibenerin sama editor. Jadi makin enak dibaca. Kaya muka wanita, kalau sudah di make up, enak ya, makin cantik. Begitulah kira-kira gambarannya,” terang Sulis yang merupakan alumbi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Raden Fatah Palembang itu.
Tapi dalam proses editing berita, ada hal-hal yang jadi fokus perhatian editor. Mulai dari, memperhatikan apakah naskah berita sudah memenuhi nilai-nilai jurnalistik dan kriteria layak muat —aktual, faktual, penting, dan menarik.
Editor juga meneliti apakah naskah berita sudah menaati doktrin kejujuran (fairness doctrine) serta asas keberimbangan (cover both side), jika belum, tugaskan kembali reporter untuk memenuhinya.
Memperhatikan apakah opini, interpretasi, atau penilaian wartawan lebih menonjol daripada fakta hasil liputan. Editor juga menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi dalam sebuah naskah.