Hal ini disebabkan rasa kemplang yang dijual ikan asli. Tak hanya itu, ia juga menjaga hubungan baik dengan pelanggannya.
Bahkan ketika sagu naik, kemplang tempat ia order tidak berubah rasa, tetap menjaga kualitas rasa.
“Nak deket lebaran pendapatan sehari bisa capai Rp 2 juta lebih. Tapi untuk sekarang ini masih standar dapat Rp 700-an,” katanya.
Dari penjualannya tersebut, ia bisa mendapatkan penghasilan Rp 15-20 juta per bulan.
BACA JUGA:Meredam Kenaikan Harga Beras, Sebanyak 20.446 Warga Miskin Lubuklinggau Terima Bantuan Pangan
Usahanya juga memberikan keuntungan bagi warga sekitar karena telah memberikan lapangan kerja bagi mereka.
“Saat ini ayuk memiliki 4 karyawan dan seluruhnyo ini warga Batu Urip asli sini,” ujarnya.
Ia sengaja menarik warga sekitar untuk menjadi karyawannya. Sebab, banyak warga yang terdampak pandemi dan kehilangan pekerjaan.
Membantu tetangganya, ia memutuskan untuk menggunakan jasa warga setempat untuk meningkatkan usahanya.
BACA JUGA:Sambut Personel Baru, ini Pesan Penting Wakapolres Lubuk Linggau Kompol H. Asep Supriyadi
“Daripada nyari wong lain, lebih baik ayuk memperbaiki dan membantu perekonomian tetanggo,”jelasnya.
Evi juga mengatakan, permintaan kemplang tunu Ghafi datang dari luar Palembang, bahkan ada orang yang beli kemplang miliknya tersebut untuk dibawa ke Bali, Jambi, hingga Jepang untuk oleh-oleh.
Jika ingin membeli kemplang tunu Ghafi, tenang saja. Karena kemplang tunu Ghafi buka tiap hari mulai dari pukul 07.00-21.00 WIB.
Evi yang merupakan seorang ibu dari satu anak itu berharap kemplang tunu khas Sumsel ini bisa dikenal dan dipasarkan ke luar Sumsel sehingga bisa membantu pengrajin kemplang tunu lainnya.(*)