Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperingati Hari Obesitas Sedunia/ World Obesity Day (WOD) dengan menggelar temu media melalui Zoom Meeting pada Senin (4/3/2024).
Temu media ini mengangkat tema global, yakni “Let’s Talk about Obesity”, yang diterjemahkan dalam tema nasional menjadi: “Ayo, Lawan Obesitas.
Tema tersebut memiliki pesan khusus yang akan disampaikan, yakni masyarakat memahami tentang faktor risiko dan mau mengubah perilaku untuk mencegah obesitas sejak dini serta melakukan deteksi dini secara teratur di Posbindu maupun fasyankes. Pelayanan paripurna bagi penyandang obesitas untuk pengendalian penyakit sehingga mencapai berat badan yang normal.
“Apabila kita memiliki tiga dari lima gejala di atas, menurut International Diabetes Federation, ini sudah termasuk sindroma metabolik. Jika kita duduk minimal empat jam, kita bisa memiliki kumpulan gejala sindroma metabolik ini. Harus hati-hati kalau kita memiliki sindroma metabolik, tentunya risiko penyakit jantung akan meningkat,’ Kata Dr. Elsye.
BACA JUGA:Akibat Tidur dengan Lampu Menyala Bisa Obesitas, Ini Risikonya
Dr. Elsye mengatakan, kunci pencegahan obesitas, yang dapat memicu penyakit jantung, adalah gaya hidup sehat.
Aktivitas fisik dan nutrisi harus dijaga dan seimbangan agar pola hidup sehat menjadikan tubuh bugar dan terhindar dari penyakit.
Menurut WHO dan Kemenkes, gaya hidup sehat mencakup konsumsi berbagai macam sayur dan buah segar (minimal 400 g/hari), Konsumsi makanan/minuman rendah lemak, gula, dan garam, Hindari minuman beralkohol. Jaga berat badan dan komposisi lemak tubuh tetap ideal. Hidup aktif setiap hari, Latihan fisik atau olahraga secara teratur.
Dr. dr. Tan Shot Yen, menyampaikan tentang adiksi pangan. Pergeseran jenis dan pola makan menimbulkan dampak industrialisasi yang mengakibatkan turunnya konsumsi pangan padat nutrisi.
BACA JUGA:Kandungan Gizi Resep Kebab Turki, Tingkatkan Kecerdasan, Mencegah Anemia dan Obesitas
“Dampak industrialisasi itu membuat orang itu yang tadinya makan baik-baik saja akhirnya menjadi tidak baik-baik saja, karena banyak sekali imbuhannya dan menganggap pekerjaan paling penting dari apa yang kita makan,” kata Dr. dr. Tan.
Dr. dr. Tan melanjutkan, produk pangan telah diklasifikasikan ke dalam empat kelompok. Kelompok pertama mencakup makanan tidak diproses/minimal proses seperti sayur/buah segar, padi-padian dan kacang-kacangan, tepung tumbuk, pasta kering atau basah yang terbuat dari tepung dan air, telur, daging ikan segar atau beku, dan susu pasteurisasi.
Kelompok kedua mencakup bahan masakan terproses, di antaranya gula, minyak, lemak, garam dan lainnya yang berasal dari bahan pangan dan digunakan di dapur.
Kelompok ketiga mencakup pangan proses, di antaranya produk kalengan, buah kering, produk daging yang diasinkan, keju rumahan, roti segar tidak dikemas.
BACA JUGA:Hati-Hati Inilah 5 Teh yang Punya Efek Negatif Bagi Kesehatan
Kelompok keempat mencakup produk ultra proses, di antaranya minuman ringan, camilan kemasan, roti produk massal, berbagai produk nugget dan makan beku bermerek, aneka produk yang tidak lagi mengandung bahan utuh, diproduksi industri besar-besaran dengan komersialisasi.