Ia mungkin pendiam dan menyendiri saat bertemu orang baru, namun bila anak merasa nyaman ia bisa menjadi lebih aktif.
Selain itu, anak dengan kepribadian ini umumnya adalah pendengar yang baik, memperhatikan dan mengingat apa yang dikatakan orang lain.
Ia mungkin berbicara dengan lembut, sesekali berhenti untuk mencari kata-kata, dan berhenti berbicara jika diganggu.
Kelima, sulit mengikuti peraturan kelompok. Selama bertahun-tahun, nilai-nilai masyarakat telah berubah dan memandang ekstrovert sebagai sosok yang ideal dibandingkan dengan introvert.
BACA JUGA:Anak Perempuan Haid, Bolehkah Tetap Ikut Ujian Tahfiz Al-Quran? Berikut Pendapat Para Ulama
Ketika seorang anak mulai bersekolah, dia mungkin menghabiskan 6-7 jam sehari bersama banyak anak lain, sambil didorong untuk berpartisipasi dan bekerja dalam kelompok. Ini adalah sesuatu yang menantang bagi anak-anak introvert.
Keenam, mengutamakan hubungan dekat. Alasan anak sulit bergaul adalah karena kepribadiannya yang mengutamakan kedalaman hubungan dibandingkan menambah jumlah teman.
Sama seperti orang dewasa dengan kepribadian ini, anak introvert juga memiliki energi sosial yang terbatas. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk bersosialisasi dapat menyebabkan suasana hati yang buruk. Itu sebabnya dia tidak menghabiskan banyak waktu bersosialisasi seperti anak ekstrovert.
Maka dari itu, untuk mengatasi berbagai penyebab anak sulit bersosialisasi, diperlukan dukungan penuh dari orang tua. Ini tips yang bisa dilakukan untuk membantu anak yang kesulitan bergaul agar mudah mendapat teman.
BACA JUGA:4 Cara Melatih Anak Disiplin Sejak Dini
Pertama, hindari memberi label pada anak. Karena mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri. Ketika seorang anak diberi label tertentu, maka label itu akan menjadi bagian dari identitasnya. Memberi label pada anak juga membatasi potensi yang dimiliki anak.
Kedua, kontak mata. Bagian penting dari komunikasi non-verbal dan sudah dimungkinkan sejak bayi lahir. Kontak mata menunjukkan interaksi antara anak dengan lawan bicaranya. Pada usia dini, hal ini akan membuka peluang besar bagi si kecil untuk belajar bahasa dan komunikasi.
Ketiga, jadilah teladan yang baik. Orang tua harus bersikap sopan, hormat dan peduli terhadap orang lain jika ingin memiliki anak yang penuh hormat dan perhatian. Sebab, anak belajar dari apa yang mereka lakukan dalam bersosialisasi.
Keempat, berbagi perasaan dan menunjukkan empati. Orang tua bisa berbagi perasaan dan menunjukkan empati atas apa yang dialami anak yang masih kesulitan menjalin pertemanan. Misalnya, orang tua bisa bercerita tentang pengalaman pertama dalam melakukan sesuatu betapa cemasnya dia saat pertama kali mulai bersekolah.
BACA JUGA:6 Cara Mengenalkan Olahraga Renang Bagi Anak Autis
Dimana pola asuh orang tua yang banyak menunjukkan empati bisa berdampak pada perkembangan kemampuan sosial dan emosional anak.