Sejarah Berdirinya Masjid Agung Keraton Surakarta

Rabu 10 Apr 2024 - 18:00 WIB
Reporter : HIKMAH
Editor : SULIS

KORANLINGGAUPOS.ID  - Dibangun oleh Pakubuwono III pada tahun 1763 hingga 1768, Masjid Agung Keraton Surakarta memiliki arsitektur tradisional yang menawan. 

Arsitektur Masjid Agung Surakarta ini bergaya tajug dengan tiga atap bertumpuk dan puncak mustaka (mahkota).

Dengan statusnya sebagai masjid kerajaan, masjid ini juga berfungsi untuk menunjang segala keperluan kerajaan yang berhubungan dengan agama, seperti grebeg, sekaten, dan maulid nabi.


Masjid Agung Surakarta lokasinya berada di kompleks Keraton Surakarta sebelah barat Alun-alun Utara.--

Di dalam kompleks Masjid Agung Surakarta, kamu dapat menemukan berbagai bangunan dengan fungsi budaya khas Jawa-Islam. Di masjid ini juga terdapat maksura yang merupakan perlengkapan umum masjid kerajaan. Karena ciri khasnya tersebut, Masjid Raya Keraton Solo menjadi masjid yang unik, cocok untuk wisata religi ketika berkunjung ke Solo.

BACA JUGA:Taman Asih, Tempat Wisata Keluarga di Banyuasin Sumsel

Dikutip KORANLINGGAUPOS.ID dari laman Pemerintah Kota Surakarta, Masjid Agung Keraton Surakarta merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang masih berfungsi hingga saat ini.

Lokasinya berada di kompleks Keraton Surakarta sebelah barat Alun-alun Utara.

Berdirinya Masjid Agung Surakarta tidak lepas dari perpindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Kartasura ke Surakarta pada tanggal 17 Februari 1945 pada masa pemerintahan Pakubuwana II. Pemindahan ini merupakan imbas dari peristiwa keributan Pecinan yang menyebabkan hancurnya Keraton Kartasura.

Pembangunan masjid ini dilakukan bersamaan dengan pembangunan keraton baru di Surakarta.

Dari prasasti pada dinding luar ruang utama Masjid Agung Surakarta diketahui bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1757 dan diperkirakan selesai pada tahun 1768. 

BACA JUGA:Catat, 5 Fakta Unik tentang Wisata Alam Goa Rujuk Lubuklinggau

Pada masa pemerintahan Pakubuwono IV, dibuat mustoko berbentuk paku tanah. ditambahkan pada bagian atas atap masjid. Tiang-tiangnya pun diganti pada tahun 1791 dari tiang persegi menjadi tiang bulat.

Pada masa Pakubuwana VII tahun 1850, serambi masjid dipenuhi tiang-tiang bergaya Doric dan lantai bawah. Pagar tembok di sekeliling masjid kemudian dibangun pada tahun 1858.

Pada masa pemerintahan Pakubuwono X, dibangun sebuah menara di halaman masjid. Untuk memudahkan menentukan waktu shalat, juga dibangun jam matahari. 

Tags :
Kategori :

Terkait