Kasus DBD Meningkat, Project Penyebaran Nyamuk Wolbachia Diduga jadi Penyebabnya. Ini Penjelasan dari Kemenkes

Kamis 11 Apr 2024 - 19:57 WIB
Reporter : Riena Fitriani Maris
Editor : Riena Fitriani Maris

Angka tersebut masih berada di bawah persentase nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang idealnya mencapai 60 persen di alam.

“Setelah populasinya mencapai 60 persen, pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia akan ditarik kembali dan hasil penurunan kasus dengue baru akan mulai terlihat setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun dan seterusnya seperti implementasi yang dilakukan di Kota Yogyakarta,” ungkap Dirjen Maxi.

Ia memastikan jika penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah terbukti efektif menurunkan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta. Sejak pertama kali disebar pada tahun 2017, nyamuk ber-wolbachia telah terbukti mampu menurunkan 77 persen angka kejadian dengue dan 86 persen kejadian masuk rumah sakit.

Penerapan teknologi nyamuk ber-wolbachia dipastikan aman karena memanfaatkan bakteri alami wolbachia yang ada pada serangga dan telah melalui proses penelitian yang cukup panjang.

BACA JUGA:Waspada Kompilkasi Penyakit DBD

Terbukti, dari penelitian teknologi wolbachia yang dilakukan di Yogyakarta selama 12 tahun, dari 2011 sampai 2023. Penelitian ini melewati 4 tahapan penelitian, mulai dari fase kelayakan dan keamanan (2011-2012), fase pelepasan skala terbatas (2013-2015), fase pelepasan skala luas (2016-2020), dan fase implementasi (2021-2022).

Di dunia, studi pertama Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) dilakukan di Yogyakarta dengan desain Cluster Randomized Controlled Trial (CRCT) yang merupakan sebuah desain dengan standar tertinggi.

Di Indonesia, analisis risiko diinisiasi oleh Kemenristekdikti dan Balitbangkes Kemenkes dengan melibatkan 20 orang dari berbagai kepakaran. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pelepasan nyamuk ber-wolbachia memiliki risiko yang sangat rendah.

“30 tahun ke depan, peluang peningkatan bahaya dari penyebaran aedes aegypti ber-wolbachia dapat diabaikan (negligible),” tegas Dirjen Maxi.

BACA JUGA:Kasus DBD Meningkat, Dinkes Musi Rawas Minta Warga Kenali Gejalanya

WHO selaku selaku Vector Control Advisory Group (VCAG) pada 2023 telah merekomendasikan penggunaan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia. VCAG merupakan badan yang bertugas memberikan nasihat dan panduan terkait pengendalian vektor atau penyebaran penyakit oleh vektor tertentu seperti nyamuk.

Meski telah menyebar nyamuk ber-wolbachia, Dirjen Maxi mengimbau masyarakat untuk melengkapi upaya pencegahan dengan menerapkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus.

Langkah tersebut dapat dilakukan dengan menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia. (*)

Kategori :