Sang Konseptor Dan Eksekutor Ulung

Buya Al Misro, Alumni Pondok Pesantren Al Azhaar, Tahun 2011, Ketua Yayasan dan Pimpinan Pondok Pesantren Misro Arafah Kota Lubuklinggau-KORANLINGGAUPOS.ID-Tangkapan Layar

Pasang surut dari perjuangan Kyai Mansuri Adam, seperti sang pengembara yang tidak pernah menemukan tepian untuk kembali, seperti sang pelaut yang tidak pernah merindukan daratan, seperti elang yang terbang menembus angkasa, tanpa memperdulikan apa yang akan terjadi,

jika kehilangan kendali nafas dan sayap perjuangan patah saat menggapai cita-cita, seakan tidak pernah ada rasa takut yang menyelimuti dirinya, tidak ada rasa ragu dalam mengambil sikap dan keputusan, dan tidak pernah menyerah dalam setiap perjuangan.

Ketika hari dimana saya menulis untuk Sang Kyai, bukan berarti saya tahu segalanya tentang beliau, bukan berarti cerita ini berangkat dari hayalan, dan tidak pula diri ini memiliki kemampuan menulis sastra, saya hanyalah seorang santri yang penuh dosa, hubungan emosional saya dengan Kyai Mansuri Adam bukan hanya sekedar dongeng pengantar tidur.

Jika jari jemari ini dituntut untuk menulis tentang jasa beliau terhadap diri saya pribadi, tidak akan pernah berakhir cerita ini sampai maut memisahkan kami, belum sempat diri ini mengabdi kepada Sang Kyai, belum lekas sembuh hatinya tergores karena sikap saya yang tidak terpuji, belum begitu puas melihat senyumnya menebar rasa bangga,

namun semua hanyalah menjadi cerita, dan akan meninggalkan sejarah, bahwa Misro Arafah tidak menjadi apa-apa tanpa jasa sang Kyai tercinta.

Berangkat dari pribadi Sang Konseptor dan Eksekutor ulung, merupakan bukti nyata bahwa Kyai Mansuri Adam, telah melahirkan generasi santri yang siap berkiprah ditengah-tengah umat, ada yang menjadi pemimpin kepala daerah dipemerintahan,

ada yang bergerak dibidang politik, ada yang menjadi pengusaha, tidak sedikit juga para santri yang mengikuti jejak beliau membuka TPA, rumah tahfizd dan ahli ekonomi serta bisnis.

Kyai Mansuri Adam merupakan sang pemikir sejati, jika kita bandingkan beliau sebagai cerminan diri, belum tentu kita sanggup seperti apa yang sudah beliau kerjakan pada proses pembangunan pesantren Al-Azhaar.

Beliau bukan pewaris harta, beliau bukan pula orang yang kaya raya, bukan pula putra daerah, tidak banyak saudara di Bumi Sumatera, datang dari Madura hanya bermodalkan tekad dan cita-cita mulia, sehingga menghantarkan beliau menjadi pribadi yang luar biasa.

Terimakasih Sang Konseptor, semoga Allah memberkahimu Sang Pelopor, tetaplah jaya wahai Sang Mentari, untuk menjadi lebah yang menebarkan manis disentero Negeri, laksana pedang yang terhunus untuk perjuangan mengejar mimpi, aku mencintaimu Sang Kyai. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan