Kekayaan Baduy yang Menawarkan Wisata Alam dan Budaya

Kekayaan Baduy yang Menawarkan Wisata Alam dan Budaya -tangkap layar- @Pandoin

KORANLINGGAUPOS.ID - Salah satu daya tarik wisata di desa Baduy adalah kealamian alam dan masyarakatnya yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai harmonisasi dalam keterpaduan antara manusia, hutan dan lingkungan hidup. 

Budaya Baduy yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur menjadi benteng utama dunia luar yang tidak mempunyai kekuatan untuk mengintervensi masyarakatnya.

Dalam salah satu versi istilah Baduy awalnya adalah nama seorang peneliti Belanda yang mengibaratkan pola hidup masyarakat nomaden ini dengan masyarakat Arab Baduwi yang hidupnya berpindah-pindah, di versi lain karena di wilayah masyarakat Baduy terdapat pegunungan dan sungai. 

Namun dikalangan masyarakatnya sendiri, mereka menyebutnya kanekes atau urang kanekes dalam bahasa Sunda atau urang Cibeo yang mengacu pada nama desa tempat mereka tinggal.

BACA JUGA:Desa Wisata Blimbingsari Suguhkan Nuansa Bali yang Masih Sangat Kental, Cocok Buat Healing

Jika kita merujuk pada naskah kuno Koropak 630 Sanghyang Siksakandang Karesian, masyarakat Baduy berasal dari para pendeta (wiku) yang mengamalkan Jatisunda. 

Sisa Kecamatan Jatisunda adalah Sasaka Domas yang berada di kawasan Baduy Dalam dan menjadi pusat “dunia” masyarakat Baduy. 

Ada pula pendapat lain yang menyebutkan bahwa masyarakat Baduy diperkirakan berasal dari keturunan Kerajaan Pajajaran yang mengungsi ke Gunung Kendeng akibat diserang kerajaan Islam dari Banten dan Cirebon. 

Dikisahkan Prabu Pucuk tidak mampu menghadapi pasukan kerajaan Cirebon saat penyerangan istana Kerajaan Pajajaran. 

BACA JUGA:Serunya Weekend ke Bird Park, Wisata Edukasi di Sumatera Selatan

Ia bersama beberapa menteri kerajaan dan pasukannya melarikan diri ke dalam hutan, bersembunyi di balik gunung dan jurang. 

Selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, mereka menghindari serangan tentara. 

Akhirnya Prabu Pucuk dan rombongan yang melarikan diri tiba di sebuah hutan perawan yang tumbuh subur bernama Mandala Singkah, disanalah mereka singgah dan perhentian pertama mereka bernama Panembahan Arca Domas, letaknya di hulu sungai Sungai Ciujung. 

Kisah berkembang ini menceritakan tentang asal usul nenek moyang Urang Kanekes.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan