Kekayaan Baduy yang Menawarkan Wisata Alam dan Budaya

Reporter: HIKMAH PUTRI |

Editor: HIKMAH PUTRI |

Sabtu , 29 Jun 2024 - 08:00

Kekayaan Baduy yang Menawarkan Wisata Alam dan Budaya -tangkap layar- @Pandoin

Urang Kanekes menampilkan secara fisik dan bahasa sama dengan masyarakat Sunda pada umumnya, dengan sedikit perbedaan dalam keyakinan dan cara hidup.

Masyarakat Kanekes menutup diri rapat-rapat dari pengaruh luar dan menjunjung tinggi budaya leluhur warisan nenek moyang yaitu Prabu Puncak dari kerajaan Pajajaran.

kepribadiannya sangat menarik, tubuh dan kulit panggungnya berwarna gelap, berpenampilan lurus, tidak pernah tertawa atau bercanda, terlihat sombong namun rendah hati, jujur, mempunyai prinsip yang kuat namun tidak keras kepala, tidak mudah dipengaruhi atau dibujuk, namun tidak pernah memberi masalah bagi orang lain.

Ada dua kelompok besar dalam masyarakat Kanekes, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Masyarakat Baduy tinggal di Desa Tangtu Telu, Desa Cibeo, Cikertawana dan Cikeusik.

Suku Baduy sangat memegang teguh prinsip nenek moyang dan hidup secara tradisional. Baduy dianggap sebagai pelindung keseimbangan alam dengan menjaga hutan, sungai, dan gunung agar manusia dapat hidup harmonis dengan bumi.

Dengan perjalanan yang penuh tantangan, wisatawan bisa menikmati keindahan alam yang memukau, mulai dari hutan hijau subur hingga sungai yang jernih.

Rasakan kehadiran spiritual yang mendalam melalui upacara adat dan persembahan kepada leluhur. Rasakan juga hangatnya keramahtamahan masyarakat Baduy Dalam yang terbuka untuk berbagi pengalaman dan kearifan lokal.

Nikmati kehidupan berpadu dengan alam dan jauh dari modernisasi di Wisata Baduy Dalam. Dapatkan pengalaman perjalanan tak terlupakan dan bawa pulang kenangan berharga.(*)

kekayaan baduy yang menawarkan wisata alam dan budaya                             koranlinggaupos.id - salah satu daya tarik wisata di desa baduy adalah kealamian alam dan masyarakatnya yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai harmonisasi dalam keterpaduan antara manusia, hutan dan lingkungan hidup. 
budaya baduy yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur menjadi benteng utama dunia luar yang tidak mempunyai kekuatan untuk mengintervensi masyarakatnya.
dalam salah satu versi istilah baduy awalnya adalah nama seorang peneliti belanda yang mengibaratkan pola hidup masyarakat nomaden ini dengan masyarakat arab baduwi yang hidupnya berpindah-pindah, di versi lain karena di wilayah masyarakat baduy terdapat pegunungan dan sungai. 
namun dikalangan masyarakatnya sendiri, mereka menyebutnya kanekes atau urang kanekes dalam bahasa sunda atau urang cibeo yang mengacu pada nama desa tempat mereka tinggal.
baca juga:desa wisata blimbingsari suguhkan nuansa bali yang masih sangat kental, cocok buat healing
jika kita merujuk pada naskah kuno koropak 630 sanghyang siksakandang karesian, masyarakat baduy berasal dari para pendeta (wiku) yang mengamalkan jatisunda. 
sisa kecamatan jatisunda adalah sasaka domas yang berada di kawasan baduy dalam dan menjadi pusat “dunia” masyarakat baduy. 
ada pula pendapat lain yang menyebutkan bahwa masyarakat baduy diperkirakan berasal dari keturunan kerajaan pajajaran yang mengungsi ke gunung kendeng akibat diserang kerajaan islam dari banten dan cirebon. 
dikisahkan prabu pucuk tidak mampu menghadapi pasukan kerajaan cirebon saat penyerangan istana kerajaan pajajaran. 
baca juga:serunya weekend ke bird park, wisata edukasi di sumatera selatan
ia bersama beberapa menteri kerajaan dan pasukannya melarikan diri ke dalam hutan, bersembunyi di balik gunung dan jurang. 
selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, mereka menghindari serangan tentara. 
akhirnya prabu pucuk dan rombongan yang melarikan diri tiba di sebuah hutan perawan yang tumbuh subur bernama mandala singkah, disanalah mereka singgah dan perhentian pertama mereka bernama panembahan arca domas, letaknya di hulu sungai sungai ciujung. 
kisah berkembang ini menceritakan tentang asal usul nenek moyang urang kanekes.
baca juga:lubuk sepit kancing destinasi wisata tersembunyi di bengkulu
urang kanekes menampilkan secara fisik dan bahasa sama dengan masyarakat sunda pada umumnya, dengan sedikit perbedaan dalam keyakinan dan cara hidup. 
masyarakat kanekes menutup diri rapat-rapat dari pengaruh luar dan menjunjung tinggi budaya leluhur warisan nenek moyang yaitu prabu puncak dari kerajaan pajajaran.
kepribadiannya sangat menarik, tubuh dan kulit panggungnya berwarna gelap, berpenampilan lurus, tidak pernah tertawa atau bercanda, terlihat sombong namun rendah hati, jujur, mempunyai prinsip yang kuat namun tidak keras kepala, tidak mudah dipengaruhi atau dibujuk, namun tidak pernah memberi masalah bagi orang lain.
ada dua kelompok besar dalam masyarakat kanekes, yaitu baduy dalam dan baduy luar.  masyarakat baduy tinggal di desa tangtu telu, desa cibeo, cikertawana dan cikeusik. 
baca juga:air terjun pelawau objek wisata alam muratara
suku baduy sangat memegang teguh prinsip nenek moyang dan hidup secara tradisional. baduy dianggap sebagai pelindung keseimbangan alam dengan menjaga hutan, sungai, dan gunung agar manusia dapat hidup harmonis dengan bumi.
dengan perjalanan yang penuh tantangan, wisatawan bisa menikmati keindahan alam yang memukau, mulai dari hutan hijau subur hingga sungai yang jernih. 
rasakan kehadiran spiritual yang mendalam melalui upacara adat dan persembahan kepada leluhur. rasakan juga hangatnya keramahtamahan masyarakat baduy dalam yang terbuka untuk berbagi pengalaman dan kearifan lokal.
nikmati kehidupan berpadu dengan alam dan jauh dari modernisasi di wisata baduy dalam. dapatkan pengalaman perjalanan tak terlupakan dan bawa pulang kenangan berharga.(*)

Tag

Share

Koran Terkait

Kembali ke koran edisi Linggau Pos, MINGGU, 30 JUNI 2024

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan