Calon Saling Klaim Unggul Hasil Survei, Begini Analisa Pengamat Politik
Peneliti pada Sumatera Initiative Research Consulting, Kurniawan Eka Saputra, S.Sos, SH, MH, CLD.-Foto: Dokumen-Linggau Pos.
Ketiga, fenomena yang terjadi belakangan terkait digit dukungan oleh paslon tentu bisa juga dimaknai sebagai bagian dari strategi kampanye/kampanye media oleh paslon dan tim untuk melakukan 'penggiringan opini' pada pemilih.
BACA JUGA:Pilkada Musi Rawas Diperkirakan Calon Tunggal, Begini Konsekwensinya Sesuai Analisa Pengamat
BACA JUGA:Calon Tunggal di Pilkada Musi Rawas, Pengamat : Besar Resikonya
Karena faktanya, sebagian pemilih ada juga yang terkategorikan 'pemilih ikut-ikutan' yang cenderung mendukung kepada paslon yang dia pikir akan menang.
Sehingga mereka juga ikut merasakan kemenangan atas paslon yang di dukungnya.
Keempat, tentu publik dan pemilih harus proporsional dalam menerima informasi terkait hasil survey dengan memverifikasi, memahami dan memilah apakah yang disampaikan oleh paslon dan tim itu hasil survey lembaga survey dengan kaidah dan metodologi yang baku, survey pengamatan secara internal yang dilakukan oleh tim pemenangan atau berdasarkan pendataan internal yang biasa dilakukan oleh tim.
Sehingga dengan demikian kita bisa menyimpulkan kategorisasi dan maksud 'survey' yang disampaikan.
BACA JUGA:Calih Ingin Maju Pilkada Diminta Mundur, Berikut Penjelasan Lengkap KPU Sumsel dan Pengamat Politik
"Tentu kalau dilakukan oleh lembaga survey, biasanya ada beberapa hal yang harus dibaca terkait akurasinya seperti berapa samplenya, margin errornya, metodologinya, selisih hasilnya (apakah masih dalam batas margin error/tidak), swing votter, dan seterusnya. Biasanya akan secara detail di sampaikan, sehingga publik bisa memutuskan akan mempercayai hasil itu atau tidak," jelasnya.
Yang disampaikan akhir-akhir ini lanjutnya, potongan informasi yang tidak utuh misalnya tentang prosentase dukungan ke paslon tertentu atau selisihnya.
"Sehingga sulit untuk melihat apakah ini sebuah fakta hasil survey atau bagian dari pengamatan (bisa jadi klaim) yang valid mempengaruhi posisi kemenangan atau ketidak menangan paslon dalam Pilkada 2024 nanti," tegasnya.