Sejarah Lokomotif Uap C3082 di Museum Subkoss Lubuk Linggau
Pemandu Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya Kota Lubuk Linggau, Wahyu menunjukkan lokomotif tua yang terparkir di pelataran museum -Foto : meidi/koranlinggaupos.id-
KORANLINGGAUPOS.ID - Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya di Jalan Garuda No 1, Kelurahan Bandung Kanan, Kecamatan Lubuklinggau Barat II, Kota Lubuk Linggau, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) .
Saat sedang berada di kawasan Museum Subkoss Garuda Sriwijaya Lubuk Linggau, yang paling pertama sekali dilihat adalah lokomotif tua yang terparkir di sisi kanan gerbang masuk museum.
Inilah merupakan salah satu koleksi pertama dan menjadi unggulan yang dimiliki Museum Subkoss Garuda Sriwijaya.
Pemandu Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya, Wahyu mengatakan sejarah dalam pembuatan lokomotif tua yang terparkir di Museum Perjuangan Subkoss Kota Lubuk Linggau.
BACA JUGA:Cerita Unik Dibalik Pemindahan Lokomotif C3082 ke Museum Subkoss Garuda Sriwijaya Kota Lubuklinggau
“Lokomotif tua ini merupakan kereta uap dengan kode C3082. Pada saat itu, Perusahaan Kereta Api Staatsspoorwegen (SS) membeli lokomotif uap tipe C3082 yang diimpor pada tahun 1929 sampai 1930 untuk dapat menjelajahi jalur pegunungan area Jawa Barat dan Jawa Timur Selatan sebanyak 47 unit dari empat pabrik berbeda,” katanya kepada KORANLINGGAUPOS.ID, Sabtu 18 Januari 2025.
Empat pabrik berbeda yaitu Hohenzollern, Borsig dan pabrik Hanomag yang berasal dari Jerman, lalu Werkspoor yang berasal dari Belanda.
Ia menjelaskan , pada masa penjajahan tempo lalu, Hindia Belanda ingin menyediakan lokomotif baru untuk angkutan kereta api di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.
“Pada saat itu di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan terjadi krisis perekonomian dunia antara tahun 1929 hingga 1934, Sehingga pembelian lokomotif baru sempat tertunda,” katanya.
Mengingat Sumatera Selatan merupakan basis dari komoditas hasil alam dan batubara, sedangkan Sumatera Barat yang merupakan salah satu daerah penghasil pertambangan batubara di wilayah Sawahlunto.
Ia menambahkan, pada saat itu terjadi kekurangan angkutan kereta api di Sumatera, sehingga untuk memenuhi kebutuhan angkutan kereta api pada saat itu, ada 23 lokomotif SS C3082 dari Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera Selatan dan 3 lokomotif lainnya dipindahkan ke Sumatera Barat.