Dampak Pernikahan Dini, Berikut Peran Penting Orang Tua dalam Mencegahnya

Reporter: YULMI PRANSISKA |

Editor: SULIS |

Sabtu , 03 May 2025 - 21:07

Orang tua perlu mengedukasi anak-anak tentang dampak negatif pernikahan dini-Foto : Dok. Pinterest-

LUBUK LINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Pernikahan dini, atau pernikahan yang dilakukan sebelum seseorang mencapai usia dewasa secara fisik dan mental, masih menjadi permasalahan sosial di banyak negara, termasuk Indonesia.

Berbagai faktor seperti tekanan budaya, ekonomi, dan pendidikan yang terbatas sering kali menjadi penyebab utama pernikahan dini.

Namun, keputusan ini memiliki konsekuensi besar bagi individu yang menikah terlalu muda.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan di Indonesia, batas usia minimal untuk menikah adalah 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan.

Peraturan ini dibuat untuk melindungi hak anak dan mengurangi dampak negatif dari pernikahan dini, seperti risiko kesehatan, psikologis, serta sosial dan ekonomi.

Dilansir dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak angka pernikahan dini pada tahun 2024 mengalami penurunan mencapai 6,92 Persen.

Berikut ada beberapa dampak pernikahan dini serta peran penting orang tua dalam mencegahnya.

Pernikahan dini dapat memberikan dampak negatif yang luas, baik secara fisik, psikologis, sosial, maupun ekonomi. Berikut adalah beberapa konsekuensi utama dari pernikahan dini:

1. Dampak Fisik dan Kesehatan

- Kehamilan Risiko Tinggi – Anak perempuan yang menikah terlalu muda berisiko mengalami komplikasi kehamilan karena tubuh mereka belum berkembang sepenuhnya untuk menghadapi proses persalinan. Hal ini meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.

dampak pernikahan dini, berikut peran penting orang tua dalam mencegahnya                            lubuk linggau, koranlinggaupos.id -  pernikahan dini, atau pernikahan yang dilakukan sebelum seseorang mencapai usia dewasa secara fisik dan mental, masih menjadi permasalahan sosial di banyak negara, termasuk indonesia. 
berbagai faktor seperti tekanan budaya, ekonomi, dan pendidikan yang terbatas sering kali menjadi penyebab utama pernikahan dini. 
namun, keputusan ini memiliki konsekuensi besar bagi individu yang menikah terlalu muda. 
berdasarkan undang-undang nomor 16 tahun 2019 tentang perkawinan di indonesia, batas usia minimal untuk menikah adalah 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan.
baca juga:kiat membawa pernikahan yang langgeng, suami istri wajib baca
baca juga:angka pernikahan usia dini mencapai 31%, dpppa musi rawas mengatasinya pakai program sapu
peraturan ini dibuat untuk melindungi hak anak dan mengurangi dampak negatif dari pernikahan dini, seperti risiko kesehatan, psikologis, serta sosial dan ekonomi.  
dilansir dari kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak angka pernikahan dini pada tahun 2024 mengalami penurunan mencapai 6,92 persen. 
berikut ada beberapa dampak pernikahan dini serta peran penting orang tua dalam mencegahnya.  
pernikahan dini dapat memberikan dampak negatif yang luas, baik secara fisik, psikologis, sosial, maupun ekonomi. berikut adalah beberapa konsekuensi utama dari pernikahan dini:  
baca juga:pimpinan ponpes apresiasi wali kota lubuk linggau yang melarang trend meumere di pernikahan
baca juga:menguak misteri pernikahan arwah: film horor terbaru yang mengangkat budaya tionghoa, cek sinopsisnya! 
1. dampak fisik dan kesehatan 
- kehamilan risiko tinggi – anak perempuan yang menikah terlalu muda berisiko mengalami komplikasi kehamilan karena tubuh mereka belum berkembang sepenuhnya untuk menghadapi proses persalinan. hal ini meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.  
- kurangnya akses terhadap kesehatan reproduksi – pasangan muda sering kali kurang memahami pentingnya perawatan kesehatan reproduksi, sehingga mereka lebih rentan terhadap penyakit menular seksual dan kehamilan tidak direncanakan.  
- malnutrisi dan stres fisik – ibu muda cenderung menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi mereka sendiri dan bayi mereka, yang dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang.  
baca juga:dpppa musi rawas tekan pernikahan di usia anak dengan program sapu
baca juga: usia pernikahan dibawah 5 tahun rentan bercerai, menteri agama minta penghulu lakukan pencegahan
2. dampak psikologis dan mental. 
- ketidaksiapan emosional  – pernikahan membutuhkan kesiapan mental dan emosional yang matang. anak-anak yang menikah dini sering kali merasa tidak siap menghadapi tanggung jawab rumah tangga dan tekanan ekonomi.  
- tingginya risiko depresi dan kecemasan  – pernikahan dini sering kali menyebabkan stres berat karena adanya tuntutan kehidupan pernikahan yang tidak seimbang.  
- kurangnya dukungan sosial – pasangan muda sering kali kehilangan kesempatan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya mereka dan merasa terisolasi.  
baca juga:bolehkah membatalkan pernikahan dan meminta kembali barang yang diberikan pada calon mempelai wanita
baca juga:tanggal cantik pada tahun 2025 jadikan momen pernikahan tak terlupakan sepanjang hayat 
3. dampak sosial dan ekonomi
- terhentinya pendidikan – banyak anak perempuan yang terpaksa menghentikan pendidikan mereka setelah menikah, yang menghambat potensi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di masa depan.  
- kesulitan ekonomi – tanpa pendidikan dan keterampilan yang cukup, pasangan muda sering kali kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang stabil, sehingga meningkatkan risiko kemiskinan.  
- pola pernikahan tidak sehat  – kurangnya pengalaman hidup dan pendidikan sering kali menyebabkan hubungan pernikahan yang kurang sehat, termasuk meningkatnya kasus kekerasan dalam rumah tangga.  
baca juga:begini cara sman sumberharta musi rawas cegah pernikahan dini pada siswinya
baca juga:2 prinsip resepsi pernikahan sesuai tuntunan rasulullah saw
peran penting orang tua dalam mencegah pernikahan dini
orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah pernikahan dini dan memberikan pemahaman yang tepat kepada anak-anak mereka tentang masa depan dan kehidupan yang sehat.  
1. memberikan pendidikan yang memadai
orang tua harus memastikan anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang cukup hingga jenjang yang lebih tinggi. 
pendidikan membantu anak-anak memahami pentingnya memiliki aspirasi dan cita-cita sebelum menikah.  
2. membangun kesadaran tentang bahaya pernikahan dini 
orang tua perlu mengedukasi anak-anak tentang dampak negatif pernikahan dini, baik dari segi kesehatan, psikologis, maupun ekonomi, sehingga mereka menyadari risiko yang dapat terjadi.  
3. memberikan dukungan dan bimbingan emosional. 
sebagai figur utama dalam kehidupan anak, orang tua harus memberikan dukungan emosional yang cukup agar anak-anak tidak merasa terpaksa menikah karena tekanan sosial atau ekonomi.  
4. mendorong kemandirian dan pengembangan diri 
mengajarkan anak untuk mandiri dan mengembangkan keterampilan mereka sejak dini dapat membantu mereka memiliki kepercayaan diri dalam membangun masa depan tanpa harus tergesa-gesa menikah.  
5. menjadi teladan yang baik
orang tua yang memiliki pernikahan yang sehat dan harmonis dapat menjadi contoh bagi anak-anak mereka. 
dengan melihat hubungan yang baik antara orang tua, anak akan memahami bahwa pernikahan membutuhkan kesiapan yang matang.  
baca juga:rumah pengantin tina, sewakan piranti pernikahan di lubuk linggau 
baca juga:dewi perssik membuka hati untuk pernikahan ke-4, benarkah dekat dengan mayor teddy?
pernikahan dini memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan, psikologis, ekonomi, dan kehidupan sosial pasangan yang menikah terlalu muda. 
oleh karena itu, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah pernikahan dini melalui pendidikan, kesadaran, dukungan emosional, dan dorongan terhadap kemandirian anak. 
dengan adanya perhatian yang tepat dari orang tua dan masyarakat, anak-anak dapat memiliki kesempatan lebih baik untuk mengejar impian mereka dan membangun masa depan yang lebih cerah.

Tag

Share

Koran Terkait

Kembali ke koran edisi Linggau Pos, MINGGU, 4 MEI 2025

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan