Calistung Bukan Syarat Masuk SD
Dengan penuh semangat murid SDIT Mutiara Cendekia Lubuklinggau belajar membatik pada salah satu momen outing class.-Foto : Dokumen -SDIT Mutiara Cendekia Lubuklinggau
LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID – Per 1 Juli 2024, putra putri sudah berusia 6 tahun dan Ayah Bunda pasti sudah siap-siap mau memasukkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) maupun Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Banyak orang tua sangsi, terlebih saat anak-anak belum bisa membaca, belum lancar menulis, apalagi berhitung. Khawatir anak-anaknya tak bisa masuk SD/MI. Lantas, apakah lancar membaca, bisa menulis dan menghitung benar-benar jadi syarat masuk SD/MI?
Dihimpun KORANLINGGAUPOS.ID dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia, bahwa pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan setiap anak.
Pendidikan usia dini di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dengan diperkenalkannya Gerakan Transisi PAUD ke Sekolah Dasar (SD) yang Menyenangkan sebagai Merdeka Belajar Episode ke-24.
BACA JUGA:Wajib Tahu, 6 Alasan Generasi Muda Lubuklinggau Harus Semangat Lestarikan Permainan Tradisional
Gerakan ini telah memunculkan perubahan yang positif, salah satunya adalah penghapusan tes calistung sebagai syarat mendaftar SD. Hal ini merupakan langkah yang patut diapresiasi, dan dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi mengapa calistung seharusnya tidak diwajibkan untuk mendaftar SD.
Pada laman tersebut, dijelaskan bahwa calistung adalah singkatan dari baca, tulis, dan hitung, yang biasanya dianggap sebagai indikator utama keberhasilan belajar anak-anak. Namun, miskonsepsi ini mempersempit pemahaman akan kemampuan belajar anak-anak.
Calistung dianggap sebagai satu-satunya tolok ukur keberhasilan, dan anak-anak diuji berdasarkan aspek-aspek ini. Padahal, belajar pada usia dini seharusnya lebih komprehensif dan menyenangkan.
Penghapusan tes calistung dari proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di tingkat SD merupakan langkah penting untuk menghilangkan beban pada anak-anak.
BACA JUGA:Patut Dicontoh, 3 Tujuan Literasi Pagi yang Digiatkan SMPIT Al-Qudwah Musi Rawas
Tes tersebut dapat menciptakan stres dan kecemasan pada anak-anak yang seharusnya tengah menikmati masa pertumbuhan dan belajar dengan gembira. Dengan penghapusan calistung, anak-anak dapat lebih fokus pada pembelajaran yang menyenangkan dan pengembangan kemampuan mereka secara keseluruhan.
Lalu bagaimana persiapan anak masuk SD yang peru dilakukan.
Salah satu tujuan Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan adalah memfokuskan pada pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak. Ini mencakup aspek-aspek seperti kreativitas, kemampuan berpikir, sosial, dan emosional.
Dengan menghilangkan calistung, guru dan siswa dapat lebih leluasa dalam mengeksplorasi beragam metode pembelajaran yang lebih mendalam dan relevan dengan kebutuhan anak-anak. Hal ini menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna.