Membimbing Emosi Anak: Rahasia Mengatasi Tantrum Sejak Usia Dini

Reporter: YULMI PRANSISKA |

Editor: SULIS |

Jumat , 11 Jul 2025 - 22:25

Peran orang tua dalam membimbing emosi anak- Foto : Dok. Pinterest-

KORANLINGGAUPOS.ID - Tantrum bukan sekadar momen sulit dalam proses pengasuhan.ia adalah cerminan dari perkembangan emosi anak yang masih mentah dan butuh bimbingan.

LAPORAN YULMI PRANSISKA, LUBUK LINGGAU

Anak-anak, terutama yang berusia di bawah lima tahun, sering belum mampu mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang sehat atau sesuai norma sosial.

Akibatnya, ketika frustrasi, lelah, atau kecewa, mereka bereaksi melalui tangisan hebat, teriakan, atau perilaku agresif lainnya.

Namun, dengan pengetahuan yang tepat, orang tua dan pendidik bisa memainkan peran sentral dalam membentuk ketahanan emosi anak, dan menjadikan tantrum sebagai peluang untuk belajar, bukan konflik.

Sebelum mengelola tantrum, kita perlu memahami mengapa anak mengalaminya.

Anak adalah cermin dari lingkungan emosionalnya. Cara orang tua menghadapi konflik, tekanan, dan kegembiraan, akan sangat menentukan bagaimana anak belajar merespons emosinya.

Mengontrol emosi bukan sekadar menekan amarah, tapi mengembangkan kesadaran diri. Anak-anak dapat diajarkan bahwa perasaan adalah sesuatu yang valid, namun harus disampaikan secara tepat.

Konsultasi dengan psikolog anak atau konselor perkembangan bisa membantu mengidentifikasi tantangan yang lebih dalam, seperti gangguan regulasi emosi atau stres keluarga.

Mengelola amarah bukan soal menghindari emosi negatif, tapi soal mengenali, menerima, dan merespons dengan bijak.

Ketika anak mampu memahami emosinya, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh, komunikatif, dan stabil secara emosional.

membimbing emosi anak: rahasia mengatasi tantrum sejak usia dini                            koranlinggaupos.id - tantrum bukan sekadar momen sulit dalam proses pengasuhan.ia adalah cerminan dari perkembangan emosi anak yang masih mentah dan butuh bimbingan. 
laporan yulmi pransiska, lubuk linggau
anak-anak, terutama yang berusia di bawah lima tahun, sering belum mampu mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang sehat atau sesuai norma sosial. 
akibatnya, ketika frustrasi, lelah, atau kecewa, mereka bereaksi melalui tangisan hebat, teriakan, atau perilaku agresif lainnya.
baca juga:monitoring mpls 2025, kadisdikbud lubuk linggau : tumbuhkan 7 kebiasaan anak indonesia hebat
baca juga:orang tua ajarkan huruf sejak kecil: fondasi emas pendidikan anak 
namun, dengan pengetahuan yang tepat, orang tua dan pendidik bisa memainkan peran sentral dalam membentuk ketahanan emosi anak, dan menjadikan tantrum sebagai peluang untuk belajar, bukan konflik.
sebelum mengelola tantrum, kita perlu memahami mengapa anak mengalaminya.
anak adalah cermin dari lingkungan emosionalnya. cara orang tua menghadapi konflik, tekanan, dan kegembiraan, akan sangat menentukan bagaimana anak belajar merespons emosinya.
mengontrol emosi bukan sekadar menekan amarah, tapi mengembangkan kesadaran diri. anak-anak dapat diajarkan bahwa perasaan adalah sesuatu yang valid, namun harus disampaikan secara tepat.
baca juga:awalnya dengar tabung gas bocor, tiba-tiba meledak ayah dan anak di lubuk linggau alami luka bakar
baca juga:ybm pln untuk rakyat: gelar khitanan massal untuk anak yatim dan dhuafa di bengkulu
konsultasi dengan psikolog anak atau konselor perkembangan bisa membantu mengidentifikasi tantangan yang lebih dalam, seperti gangguan regulasi emosi atau stres keluarga.
mengelola amarah bukan soal menghindari emosi negatif, tapi soal mengenali, menerima, dan merespons dengan bijak. 
ketika anak mampu memahami emosinya, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih tangguh, komunikatif, dan stabil secara emosional.
dan tugas mulia orang tua adalah menjadi kompas yang membimbing mereka dalam proses tersebut tanpa harus menghapus badai, tapi mengajarkan cara berlayar menghadapinya.
mengelola emosi anak bukan soal menekan amarah, tetapi mengarahkannya menjadi kekuatan. dengan bimbingan yang konsisten dan penuh kasih, anak akan belajar bahwa emosi adalah bagian dari diri yang bisa dikenali, dikendalikan, dan diungkapkan secara sehat.

Tag

Share

Koran Edisi Terbaru

Baca Koran Linggau Pos, RABU, 10 DESEMBER 2025

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan