Kisah Penyesalan Dibalik Munculnya Pulo Kemaro, Wajib Dibaca!

Pulo Kemaro yang dikelilingi pohon rindang.-Foto : Instagram.com-@sandiyanto

LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Pulo Kemaro dalam bahasa Indonesia disebut Pulau Kemarau yang memiliki daya tarik di sini adalah Pagoda berlantai 9 yang menjulang di tengah-tengah pulau.

Pulau ini merupakan salah satu tujuan wisata populer di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan yang terletak disebuah delta di tengah Sungai Musi, dapat ditempuh sekitar 15 menit dari dermaga Benteng Kuto Besak, dengan mengendarai perahu bermotor. 

Tempat ini sejak meletus G30S/PKI sampai Oktober 1966 menjadi kamp tahanan politik PKI. Akan tetapi, kesan tempat ini sebagai kamp tahanan politik PKI sekarang tidak ada lagi.

Bahkan, yang dapat disaksikan di tempat ini sekarang adalah suasana religius dan romantis, serta modern. Kesan ini tampil ketika menjejakkan kaki ke pulau ini, pengunjung sudah disambut oleh gerbang yang bernuansa Cina, dengan kelenteng, pagoda, dan pohon cinta (ada juga yang menyebutnya pohon jodoh), yang berkaitan dengan legenda terjadinya Pulo Kemaro, dan beberapa penginapan dalam bentuk bungalo.

BACA JUGA:Unik, Pantai ini Disebut Surganya Kota Bengkulu


Pulo Kemaro dari atas.-Foto : Instagram.com-@palembangkulukilir

Seyogianya objek wisata ini merupakan objek wisata unggulan di daerah Sumatera Selatan. Akan tetapi, objek wisata ini tergolong sepi pengunjung. 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Pertama, satu-satunya sarana transportasi yang digunakan untuk mencapai destinasi Pulo Kemaro adalah perahu bermesin dan perahu cepat. 

Kedua, jenis sarana transportasi ini merupakan usaha yang dilakukan secara individu. Dermaga yang digunakan oleh kedua jenis sarana transportasi ini juga kurang memadai. 

Ketiga, tarif yang dikenakan kepada penumpang perahu bermotor dan perahu cepat (speed boat) untuk menuju dan kembali dari objek wisata ini dirasakan oleh pengunjung relatif mahal.

BACA JUGA:Sejarah dan Cara Buat Burgo Khas Palembang

Legenda terjadinya Pulo Kemaro berkisah tentang tragedi cinta antara Siti Fatimah, putri Raja Palembang, dengan Tan Bun An, putra Raja Cina. Siti Fatimah dan Tan Bun An yang baru saja menikah berbulan madu ke negeri Cina. 

Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Kerajaan Cina. Tentu mereka senang sekali mendapat perlakuan ini. Apalagi ketika mereka pulang ke Palembang, sejumlah oleh-oleh untuk Raja Palembang menyertai kepulangan mereka.

Rasa ingin tahu Tan Bun An akan oleh-oleh yang dikirimkan orang tuanya kepada Raja Palembang, menjadikan dia melanggar pesan kedua orang tuanya agar tidak membuka tutup guci yang dikirim sebelum tiba di istana Palembang. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan