Sejarah Valentine Day, Begini Pandangan Muhammadiyah, NU dan MUI Melarang

Sejarah Valentine Day, Inilah Pandangan Muhammadiyah, NU dan MUI Melarang--Youtube : @KaffahOfficial

KORANLINGGAUPOS.ID - Valentine day jatuh pada tanggal 14 Februari, Valentine day seakan-akan menjadi perayaan universal bagi seluruh umat manusia, tidak peduli latar belakang agamanya.

Valentine day tak ubahnya hari Kasih sayang yang ditawarkan yang dipolesi dengan manis oleh madu. 

Ada beberapa versi sejarah dari valentine day salah satunya dikutip dari The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentines Day:

Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine’s Day probably came from a combination of all three of those sources–plus the belief that spring is a time for lovers?

BACA JUGA:Sambut Imlek dan Valentine, Hypermart Promo Boom Sales dan Foto Berhadiah Voucher Belanja

Menurut enksiklopedia tersebut, beberapa sumber sejarah menyebutkan perayaan valentine day berasal dari perayaan Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari).

Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love), Juno Februata.

Pada hari ini, para pemuda mengundi nama nama gadis di dalam kotak.

Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan.

BACA JUGA:Inilah 5 Pasta Gigi Pengganti Pepsodent dan Close Up, Produk yang Telah Resmi Dibaikot Oleh MUI

Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala.

Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor.

Di antara pendukungnya adalah Kaisar Constantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity).

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan