Kerupuk Karak Bratan Mbah Sastro
Karak Bratan Mbah Sastro di Solo memproduksi kerupuk dari beras C4.-Foto : KOM-
LINGGAUPOS.BACAKORAN.CO - MEMPERTAHANKAN usaha kuliner tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya seperti yang dialami usaha kerupuk karak di Kampung Bratan, Laweyan, Kota Solo.
Karak Bratan Mbah Sastro, begitu usaha rumahan ini dikenal. Berawal dari Sastro yang merintis pembuatan karak atau kerupuk dari beras usai kemerdekaan. Usaha kerupuk karak ini bertahan sampai sekitar 1984-1985 karena saat itu Sastro meninggal dunia. Hal itu disampaikan oleh generasi ketiga Karak Bratan Mbah Sastro, Rudi Harmawan.
Setelah ditinggal oleh Sastro, usaha karak pun diteruskan oleh anaknya atau bude dari Rudi. Bukan di Solo, usaha itu dipindah ke Surabaya tetapi tidak berjalan lancar. Sampai akhirnya, Rudi meneruskan usaha karak kembali di Solo sejak 1996.
"Dulu 1990 sampai 1994 saya ini produksi batik tetapi tidak berhasil jadi akhirnya meneruskan bikin karak," terang Rudi.
BACA JUGA:Resep Gyeran Bbang, Roti Telur Korea
Menurut Rudi, Karak Bratan Mbah Sastro berjalan dengan lancar mulai dari 1996 sampai 2002. Bahkan, ia sempat mengekspor karak sampai ke Singapura dan Malaysia.
"Waktu ekspor ini bisa menghabiskan 100 kilogram beras," ujar Rudi.
Namun, penjualan mulai menurun sejak 2006 sampai hari ini. Walau penjualan menurun, tak menyurutkan semangat Rudi. Ia tetap membuat dan memasarkan karak di toko oleh-oleh di Solo seperti Orion dan Mesran dan di rumah produksinya. Rudi pun dengan senang hati berbagi cerita tentang pembuatan kerupuk karak miliknya.
Pembuatan kerupuk karak
Bahan baku kerupuk karak ialah beras, garam, MSG, dan bahan perenyah kerupuk. Rudi menggunakan beras C4 karena menurutnya kualitasnya baik dan membuat hasil karak mengembang. Dalam sehari, Rudi menghabiskan sekitar 25 kilogram beras untuk membuat karak.
BACA JUGA:Tempe mendoan Banyumas
Dalam satu kali pembuatan karak, sebanyak 12,5 kilogram beras dicuci sampai bersih kemudian dikukus dua kali. Pengukusan pertama dilakukan sampai beras setengah matang selama lebih kurang 30 menit. Selanjutnya, nasi setengah matang diaron sembari dicampur bahan lain.
Setelah itu, dikukus kembali selama 30 hingga 40 menit sampai benar-benar tanak. Nasi yang sudah pulen ditumbuk secara manual menggunakan wadah dan penumbuk kayu sampai konsistensinya lembut. Nasi yang sudah dihaluskan kemudian dicetak sampai padat di dalam wadah kayu berbentuk persegi.
Adonan yang sudah padat dilumuri dengan sedikit minyak agar tidak lengket, lalu ditaruh di atas talenan kayu untuk diiris tipis. Pegawai di sini lebih memilih mengiris adonan menggunakan pisau golok panjang daripada pisau biasa. Menurutnya, hal ini memudahkan mengiris adonan yang padat dan lengket.