Ketupat di Hari Lebaran Idul Fitri, Miliki Makna dan Filosofi Kepada Allah SWT
Ketupat di Hari Lebaran Idul Fitri--pixabay
KORANLINGGAUPOS.ID - Ketupat menjadi simbol dan tradisi hidangan saat hari raya Idul Fitri atau Hari Lebaran, namun ada yang tahu makna ketupat bisa hadir di setiap perayaan 1 syawal.
Pada abad ke 15 hingga 16 pada masa Kerajaan Demak, Ketupat sudah hadir pada hari raya Idul Fitri atau Hari Lebaran dan dimulai sejak masa Sunan Kalijaga yang merupakan Wali Songo yang turut menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Ketupat pada masa Sunan Kalijaga sebagai budaya dan filosofi dari pembauran antara masyarakat pulau Jawa dan agama Islam.
Ketuapat bukan sekadar hidangan pada Hari Raya Idul Fitri atau Hari Lebaran, melainkan banyak makna yang terkandung didalamnya.
BACA JUGA:Jelang Lebaran, Pedagang Ketupat Mulai Memadati Pasar-pasar dan Juga Jalan-jalan di Lubuklinggau
Lalu kenapa ketuapat identik dengan warna kuning, walau terkadang ada juga ketupat dengan warna hijau jika menggunkan daun yang sedikit lebih tua?
Menurut berbagai sumber, janur kuning merupakan lambang atau simbol sebagai penolak balak.
Selain ketupat sebagai simbol penolak balak, janur warna kuning juga sering digunakan saat hajatan pernikahan, dalam filosofi Jawa janur kuning bermakna arah menggapai cahaya ilahi artinya mengharapkan ridoh sang maha pencipta yakni Allah SWT.
Maka begitulah kuning pada ketupat maupun janur mengandung makna menggapai cahaya ilahi atau meraih hati dan jiwa yang suci atau bening kembali.
BACA JUGA:HP Nokia Terbaru 2024, Nokia 7610 5G bentuk Seperti Ketupat, Yuk Simak Harga dan Spesifikasinya
Karena telah mencapai hati dan jiwa manusia yang suci setelah meraih cahaya dari Allah SWT.
Ketupat berasal dari kata kupat yakni bahasa Jawa yakni ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan.
Sehingga dengan ketupat sesama Muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan.
Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa.