SANG MENTARI DI UFUK DARUL ISHLAH

Senin 27 May 2024 - 08:45 WIB
Reporter : DHAKA R PUTRA
Editor : DHAKA R PUTRA

mentari akan tenggelam pada masa dimana dia sudah menebarkan cahaya kebenaran antara benang merah dan benang putih, dan yang pasti mentari menjadi pembeda antara gelapnya malam dan terangnya siang’.

Setelah saya berada di Pesantren Darul Ishlah selama 3 (tiga) bulan, pastinya sudah melewati masa ta’aruf santri, dan masa memahami aturan pesantren yang sering kali disebut oleh Ust. Agus Salim,

“Panca Jiwa Pondok”, beliau setelah sholat isya di masjid santri menyampaikan point-point dari nilai panca jiwa pesantren, untuk menguatkan kami agar jangan sampai melanggar aturan dan disiplin pondok pesantren.

Sampai ketika itu peristiwa lucu dari sosok muallim, atau pengurus santri dari kalangan para santri senior bernama, muallim Zawawi dari Belani Rawas Ilir. Beliau diperintahkan oleh Ust. Agus Salim untuk mengumumkan buku kecil atau bahasa arabnya santri kutaibun berwarna merah yang tertinggal dan hilang diatas mimbar.

Karena di Pesantren Darul Ishlah harus berkomunikasi dengan berbahasa arab dan berbahasa inggris, membuat Zawawi berusaha keras untuk menyampaikan pengumuman dengan berbahasa arab.

Setelah beliau berdiri di depan kami para santri, temanku Zabur dan Karni Mulai menutup mulutnya menahan tawa, karena memang sosok muallim Zawawi ini lucu, dengan posturnya kurus tinggi, hitam, dan agak sedikit kurang memahami bahasa arab dan bahasa inggris,

tapi beliau punya suara yang bagus dalam bidang ilmu tilawah, adzan dan mengaji, maka muamlim Zawawi dianggkat menjadi pengurus, dibagian peribadatan atau babindia, kalau bahasa kerennya sekarang disebut marbot.

Dengan wajah yang sedikit disangar-sangarkan, agar terkesan berwibawa Zawawi mulai memberikan pengumuman terkait hilangnya buku catatan Ust. Agus Salim, dengan bahasa arab yang pas-pasan.

“Man Minkum Yajid Kutaib Li Ust. Agus Laun Ahmar” Yang artinya lebih kurang begini: Siapa diantara kalian menemukan buku kecil Ust. Agus warnanya merah’. Semua santri terdiam dan menunduk !

Terdengar dari belakang dengan suara sedikit ngebas “Mata Lim Do’at???" Artinya: Kapan Lim Hilangnya???

Yang bertanya ini namanya Azwa Mubarok selalu di panggil kawan sekelasnya Fauzal Akbar dengan nama Burok, karena badannya dulu kecil, rambut tebal dan giginya agak sedikit offset.

Tapi anaknya tidak mudah tersinggung, sehingga selalu membuat suasana lucu kalau ada Azwar Mubarok. Kapan Lim Hilang???,

Dengan sepontan Zawawi menjawab dengan Bahasa Arab “ghodan” Artinya: Besok”!.

Dengan serentak semua santri tertawa mendengar Zawawi, ditambah lagi Azwar Mubarok mengomel dengan logat bahasa Biaronya “Lahhhh Lim..mmm, kalau gisuk ilange gisuk bae ngumum....ee, Mulo kawan nak ngumume ahaiko nian, peh... delah lim duduklah ...gisuk bae”.

Semua santri semakin tertawa lepas di sambut oleh Zawawi sendiri ikut tertawa,

Masya Allah!!! itu suasana yang hanya bisa dirasakan bagi anak yang menempuh pendidikan di pesantren.

Kategori :