SANG MENTARI DI UFUK DARUL ISHLAH

Senin 27 May 2024 - 08:45 WIB
Reporter : DHAKA R PUTRA
Editor : DHAKA R PUTRA

kemudian tanpa sadar, air mata menetes di wajah saya yang tertekan, karena menahan beban mental bully yang sangat dahsyat.

Kemudian muallim Ramadona memberikan nasehat, perjalanan masih panjang, pikir baik-baik sebelum mengambil keputusan,

saya yakin kamu bisa melewati semua ini, begitu dalam nasehat itu, sehingga membuat saya mengembalikan semua pakaian kedalam lemari untuk mengurungi niat keluar dari pesantren Darul Ishlah.

Pada masa seperti inilah Kyai Mansuri Adam menjadi mentari di ufuk Darul Ishlah, malam setelah kejadian itu saya dipanggil oleh Kyai Mansuri Adam di pelataran masjid Mungil tempat para santri sholat berjama’ah,

beliau menuturkan perjalanan beliau dan memberikan pandangan baru dalam hidup saya, semua masalah adalah hikmah yang melatih diri kita untuk tidak terbang saat dipuji dan tidak tumbang saat dicaci.

Kyai Mansuri Adam mengetahui kejadian perkelahian saya dengan salah satu pengurus organtri, sehingga beliau meletakkan dasar-dasar kekuatan baru dihati saya pada malam itu,

laksana selimut menutupi diri dikala dingin, laksana mentari yang kembali menerangi kegelapan jiwa yang kerontang,

begitu cahaya itu menembus ambang batas kesabaran, bukan berarti engkau harus mati jika dicaci, tapi justru mesti bangkit bahwa kesalahan tidak membuat engkau menjadi lebih buruk namun mengangkat diri dari keterpurukan.

Laksana petir menyambar dalam lamunan, kyai Mansuri Adam dalam diam menanamkan prinsip-prinsip perjuangan kedalam diri saya prbadi, sosok kyai yang memberikan semangat perjuangan bukan justru mengecam masa depan, kyai berpesan jangan ulangi lagi kesalahan yang sama, jangan melanggar lagi aturan yang ada, karena kalau itu terjadi lagi berarti kamu bukan lagi santri yang terpuji,

namun sudah layak untuk dicaci maki.

Jika anda berpikir sebagian orang yang megenal kyai Mansuri Adam memiliki sifat yang keras dan menyeramkan,

tapi bagi saya kyai itu menempatkan diri pada posisi dimana tempat dia berdiri, beliau akan menjadi striker sejati jika berada didepan dan beliau akan menjadi gelandang bertahan yang gagah jika berada dibelakang.

Kisah perjalanan asmara terlarang menjadi saksi bisu, untuk menemukan sosok sang mentari di ufuk negeri yaitu kyai Mansuri Adam, yang saya inginkan dari para pembaca kisah ini,

terutama para santri yang masih menimba ilmu di pesantren, bukan kisah asmara atau kisah pacaran atau kisah berkirim surat, dan bukan pula membuka aib sang penulis dengan tokoh-tokoh terkait,

yang ingin penulis ungkapkan adalah perjalanan sang penulis kepada sosok sang mentari,

yang dapat mengangkat diri ini dari lembah yang terpuruk atas mental terjajah oleh bully-bully di lembaga pendidikan, sehingga membuat santri menjadi kehilangan arah dalam perjuangannya.

Kategori :